BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Indonesia
sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan
kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat
besar dan beragam. Berbagai sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi
pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Rumput
laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi negara
dan budidayanya merupakan sumber pendapatan nelayan, dapat menyerap tenaga
kerja, serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan Indonesia
yang sangat potensial. Sebagai negara
kepulauan, maka pengembangan rumput laut di Indonesia dapat dilakukan secara
luas oleh para petani/nelayan.
Daerah
Lontar merupakan salah satu daerah di kabupaten Serang Provinsi Banten yang
potensial untuk pengembangan rumput laut. Hal ini disebabkan beberapa faktor
yaitu dari aspek teknis usaha budidaya rumput laut mudah dilakukan dan waktu
pemeliharaan relatif singkat, sedangkan
dari aspek ekonomi usaha menguntungkan karena biaya pemeliharaan murah.
Salah
satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di daerah Lontar adalah Eucheuma
cottonii. Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena sebagai penghasil
karaginan.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan diadakannya praktikum ini adalah agar para praktikan dapat mengetahui
cara menanam, dan memanen rumput laut,serta dapat mengetahui penanganan rumput
laut setelah panen.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi Eucheuma cottonii
Menurut
Doty (1985), Eucheuma cottonii
merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama
menjadi Kappaphycus alvarezii karena
karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Maka jenis ini
secara taksonomi disebut Kappaphycus
alvarezii (Doty 1986). Nama daerah ‘cottonii’ umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam
dunia perdagangan nasional maupun internasional. Klasifikasi Eucheuma cottonii menurut Doty (1985)
adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Rhodophyta
Kelas :
Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili :
Solieracea
Genus :
Eucheuma
Species :
Eucheuma alvarezii
Kappaphycus alvarezii
(Doty, 1985)
Ciri
fisik Eucheuma cottonii adalah
mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus. Keadaan warna
tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau
merah. Perubahan warna sering terjadi
hanya karena faktor lingkungan. Kejadian
ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi
pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan (Aslan 1998). Penampakan thalli
bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus
runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari
thallus. Percabangan ke berbagai arah
dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal).
Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang
pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus
mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Atmadja 1996). Umumnya Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik di
daerah pantai terumbu (reef). Habitat
khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu
harian yang kecil dan substrat batu karang mati (Aslan 1998).
Beberapa
jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan internasional
sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan dalam setiap spesies
Eucheuma berkisar antara 54 – 73 % tergantung pada jenis dan lokasi tempat
tumbuhnya. Jenis ini asal mulanya
didapat dari perairan Sabah (Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina). Selanjutnya dikembangkan ke berbagai negara
sebagai tanaman budidaya. Lokasi
budidaya rumput laut jenis ini di Indonesia antara lain Lombok, Sumba, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Lampung, Kepulauan Seribu, dan
Perairan Pelabuhan Ratu (Atmadja 1996).
2.2
Budidaya Euchema cottonii
Yunizal
et al. (2000) menyatakan bahwa sebagai bahan baku pengolahan, rumput laut harus
dipanen pada umur yang tepat. Rumput
laut jenis Eucheuma dipanen setelah berumur 1,5 bulan atau lebih. Rumput laut
dipanen setelah tingkat pertumbuhannya
mencapai puncak yaitu beratnya mencapai ± 600 g/rumpun. Lama
pemeliharaan tergantung dari lokasi, jenis rumput laut serta metode penanaman.
Kandungan
karaginan pada Eucheuma sp. mencapai
puncak tertinggi pada umur antara 6 – 8 minggu dengan cara pemanenan memotong
bagian ujung tanaman yang sedang tumbuh
(Departemen Pertanian 1995). Pemanenan dilakukan bila rumput laut telah
mencapai berat tertentu, yakni sekitar empat kali berat awal (dalam waktu
pemeliharaan 1,5 – 4 bulan). Untuk jenis
Eucheuma sp dapat mencapai berat sekitar 500-600 g, maka jenis ini sudah dapat
dipanen, masa panen tergantung dari metode dan perawatan yang dilakukan setelah
bibit ditanam (Aslan 1998).
Mukti
(1987) menyatakan bahwa pemanenan sudah dapat dilakukan setelah 6 minggu yaitu
saat tanaman dianggap cukup matang dengan kandungan polisakarida maksimum. Pemanenan rumput laut dilakukan secara keseluruhan (full harvest) tanpa
bantuan alat mekanik. Kadi dan Atmaja
(1988) menambahkan bahwa pemanenan rumput laut dapat dilakukan sekitar 1 - 3
bulan dari saat penanaman. Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi bagi budidaya
Eucheuma adalah:
Substrat
stabil, terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya di daerah terumbu karang, Tempat
dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran, Kedalaman air pada waktu
surut terendah 1- 30 cm, Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang
tahun, Kecepatan arus antara 20 - 40 m/menit, Jauh dari muara sungai, Perairan
tidak mengandung lumpur dan airnya jernih serta Suhu air berkisar 27° – 28°C
dan salinitas berkisar 30 -37 ppt.
Faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut antara lain adalah:
1. Suhu
Suhu perairan mempengaruhi laju
fotosintesis. Nilai suhu perairan yang optimal untuk laju fotosintesis berbeda
pada setiap jenis. Secara prinsip suhu yang tinggi dapat menyebabkan protein
mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim dan membran sel yang bersifat
labil terhadap suhu yang tinggi. Pada
suhu yang rendah, protein dan lemak membran dapat mengalami kerusakan sebagai
akibat terbentuknya kristal di dalam sel. Terkait dengan itu, maka suhu sangat
mempengaruhi beberapa hal yang terkait dengan kehidupan rumput laut, seperti
kehilangan hidup, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, fotosintesis dan
respirasi (Eidman 1991). Sulistijo (1994) menyatakan kisaran suhu perairan yang
baik untuk rumput laut Eucheuma adalah 27° – 30°C.
2. Arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu
masa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut
dan pasang surut yang bergelombang panjang dari laut terbuka (Nontji 1987).
Arus mempunyai peranan penting dalam penyebaran unsur hara di laut. Arus ini sangat berperan dalam perolehan
makanan bagi alga laut karena arus dapat membawa nutrien yang dibutuhkannya.
Menurut Sulistijo (1994), salah satu
syarat untuk menentukan lokasi Eucheuma sp adalah adanya arus dengan
kecepatan 0,33 - 0,66 m/detik.
3. Salinitas
Di alam rumput laut Eucheuma sp tumbuh
berkembang dengan baik pada salinitas yang tinggi. Penurunan salinitas akibat masuknya air tawar
dari sungai dapat menyebabkan pertumbuhan rumput laut Eucheuma
sp menurun. Sadhori (1989) menyatakan bahwa salinitas yang cocok
untuk pertumbuhan rumput laut berkisar
31-35 ppt. Menurut Dawes (1981), kisaran salinitas yang baik bagi pertumbuhan
Eucheuma sp adalah 30-35 ppt. Soegiarto
et al. (1978) menyatakan kisaran salinitas yang baik untuk Eucheuma sp adalah
32 - 35 ppt.
4. pH
Keasaman atau derajat pH merupakan salah
satu faktor penting dalam kehidupan alga laut, sama halnya dengan faktor-faktor
lainnya. Aslan (2005) menyatakan bahwa
kisaran pH maksimum untuk kehidupan organisme laut adalah 6,5 - 8,5.
2.3
Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan
Proses
penanganan pasca panen rumput laut masih cukup minim dimana proses penanganan
pasca panennya hanya meliputi pencucian dengan air laut, penjemuran,
pensortiran, penimbangan dan pengemasan akan tetapi apabila ada permintaan
pasar yang meminta produk pasca panen rumput lautnya meliputi proses perendaman
air tawar guna menghilangkan atau mengurangi kadar garam pada rumput laut maka
petani disana juga akan melakukan proses penanganan pasca panen meliputi
pencucian(air laut) dan perendaman (air tawar), penjemuran tahap awal,
penggaraman, penjemuran tahap ke dua dan setelah itu penggemasan. Akan tetapi cara
yang kedua ini sangat jarang dilakukan oleh petani disana dengan pertimbangan
mempermudah serta mempercepat proses penanganannya.
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Waktu dan
Tempat
Kegiatan praktikum Komoditas dan
Penanganan Hasil Perairan mengenai cara pembudidayaan rumput laut
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 8 Desember 2012. Tepatnya pukul 09.00
WIB. Adapun tempat pelaksanaan di Tempat Budidaya Rumput Laut di Desa Lontar
Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Banten.
3.2 Alat dan bahan
Ada pun alat dan bahan yang di
gunakan untuk praktikum tentang pembudidayaan rumput laut ini yaitu transek,
sechidisk, bola pingpong, tongkat ukur, termometer, refrakto meter, DO meter,
pH meter, serta aquadestilata.
3.2
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dengan berbagi tugas
ada yang pengukuran parameter fisika dan kimia, ada yang berkunjung ke rumah
warga untuk mengamati cara pengolahan rumput laut, ada yang wawancara dengan
petani rumput laut, dan semua data kami kumpulkan lalu kami mengerjakannya
secara berkelompok serta tidak lupa kami mendokumentasikannya untuk bahan
presentasi .
3.3
Prosedur Kerja
Prosedur
kerja dilakukan dengan observasi lapang dan wawancara kepada pak RT Asmawi dan beberapa petani rumput lain
setempat yang berada di desa Lontar kecamatan Tirtayasa kabupaten Serang
Banten. Observasi bertujuan untuk mengetahui laut informasi-informasi yang
terkait mengenai cara pembudidayaan rumput laut dan bisa mengetahui penanganan
rumput laut pada pra panen, panen dan pasca panen, mengetahui jenis habitat
yang cocok untuk pembudidayaan dan mengetahui cara pengolahan hasil rumput
laut.
Dalam melakukan observasi tersebut
yang telah dilakukan, yaitu :
·
Observasi Lapangan
Observasi
lapangan merupakan kegiatan pengamatan secara langsung terhadap pembudidayaan
rumput laut dan pengukuran arus,salinitas, kecerahan, DO dan pH nya beserta
mengamati cara pengolahan dengan bahan baku rumput laut.
·
Wawancara
Wawancara
merupakan kegiatan penggalian informasi terhadap beberapa petani rumput
laut yang melakukan pemanenan rumput
laut. Wawancara ini sebagai sarana untuk mengetahui informasi-informasi
mengenai cara pembudidayaan, cara perawatan, cara pemanenan pra panen dan pasca
panen, waktu dan musim pembudidayaan, dan cara peneringan rumput laut kering
asin dan kering tawar, beserta mengetahui cara pengolahan bahan baku rumput
laut. Kegiatan ini dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
A. Data
perhitungan pada lokasi Lontar
Arus
1 : 8, 22 Suhu : 29°C
Arus 2 : 7, 75 PH : 8, 06
Kedalaman : 81 cm DO : 1, 77 mgl
Kecerahan
: 60 cm : 2, 55 Prt
B. Data
lembar Kuisioner
1. Budidaya
rumput laut
umur
25 hari untuk bibit sekitar 1 cm thallusnya muda segar, keras tidak layu,
dan kenyal. Di ddaerah lontar hanya memproduksi eucheuma cottonii. Peralatan
budidaya seperti patok karena metodenya lepas landas, saat angin utara bagus untuk penanaman rumput laut. Untuk perawatan rumput laut dipantau dibersihakan dari
kotoran yg melekat dan mengganti tanaman rusak dengan yg baru. Umur pemanenan
sekitar 45 hri namun jika ditemukan penyakit 40 hari sudah bisa dipanen dengan
cara di angkat sluruh tanaman kedalam perahu. Kendala dalam pembudidayaan
rumput laut ini yaitu cuaca panas, terkena rumput/rumput balenang dan bulu batu.
2. Penanganan
pada saat panen
Dibersihkan rumput laut dari kotoran/tanaman
lain yg melekat dan melepaskan tali ris yg penuh dengan ikatanrumput laut dari
tali utama. Kendala pada penanganan saat panen ini yaitu apabila kedalaman
air/air menjadi tinggi.
3. Penanganan
pasca panen
Menjemur rumput laut selama maksimal 2
hari dan di cuci dengan air kapur di fermentasikan selama 3 hari. Setelah itu
di cuci dengan air laut dan di cuci kembali dengan air kapur lalu di jemur.
Kendala pada pasca panen ini yaitu jika kriteria pabrik terlalu signifikan
sehingga tidak dapat di terima oleh pabrik atau harganya relatif menjadi lebih
murah.
4. Pengolahan
produk rumput laut
·
Data Pemilik
Bapak
Asmawi
50 th
Rt 18 lontar kp. Kadiri
Tahun mlai usaha 2009
·
Dodol Rumput laut :
Jenis
produk : dodol, manisan
Bahan
baku dan harga : tepung ketan
Bahan
tambahan : fanili, kayu manis, jeruk nipis.
Tahap proses produksi Dodol Rumput laut
:
Untuk pembuatan dodol rumput laut direndam selama 3 hari dan air selalu diganti 1 hari sekali
agar tidak bau. setelah itu ditimbang dan dihancurkan,bisa di blander atau dipotong
kecil-kecil. Kemudian diberi rasa tambahan, lalu dimasak dengan perbandingan 1
kg rumput laut menggunakan gula 1 kg, tepung ketan 1 ons, air 1 liter dan di
aduk sampai mengental/ menjendal lalu di angkat ditaruh di nampan/ wadah.
Setelah dingin, dodol dipotong-potong sesuai ukuran, kemudian dijemur hingga
kering. Dodol kering asam harganya berkisaran dari Rp.10.000 sampai Rp.12. 000.
Tahap
proses produksi Manisan Rumput laut:
Untuk pembuatan manisan rumput laut ini,
rumput laut di rendam selama 3 hari menggunakan air bersih dan di tambahkan
irisan jeruk nipis agar bau pada rumput laut menghilang. Pada 1 hari sekali air
diganti dan di beri perasan jeruk nipis. Setelah 3 hari, rumput laut ditiriskan
dan di rendam dengan larutan gula yang sudah dicairkan dengan air yang sudah
dingin. Selama 1 hari sekali rumput laut ditiriskan dan gula di panaskan
kembali, setelah air larutan gula dingin rumput laut di rendam lagi. Lakukan
pengulangan tersebut hingga 3 hari.
4.2 Pembahasan
Pada hal ini membahas
tentang budidaya rumput laut yang dilakukan di daerah Lontar, di sini rumput
laut dapat hidup pada kedalaman 81cm karena posisi ini masih terdapat cahaya
matahari yang dapat menembus perairan. Kecepatan arus pada perairan di perairan
lontar ini sekitar 8,22 s/m, dan mempunyai pH sekitar 8,06 dan suhu 29oc.
Pada keadaan ini rumput laut dapat tumbuh dengan baik dan subur. Budidaya rumput
laut ini menggunakan sistem longline yang menggunakan tali yang terbuat dari
bahan plastik, keunggulan mengunakan tali plastik adalah daya tahan lama dan
lebih kuat. Hanya yang mempengaruhi pertumbuhan pada rumput laut pada sistem
budidaya ini adalah pada saat musim kemarau, jika rumput laut terkena sinar
matahari rumput laut terhambat pertumbuhanna dan mudah terserang penyakit
seperti eyes-eyes.
Ciri-ciri rumput laut
euchuema cottonii yang bagus adalah thallusnya bercabang-cabang
berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar
(sehingga merupakan lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk
melindungi gametan. Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau
hijau kuning. Spina Eucheuma cottonii tidak teratur menutupi
thallus dan cabang-cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna
hijau, hijau kuning, abau-abu atau merah.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulannya
yaitu para nelayan yang membudidayakan rumput laut yaitu dengan menggunakan media
pelampung seperti kokang dan botol-botol hampa udara yang menerapkan metode
longline yang di buat menggunakan bambu yang di sambung dengan tali tambang.
Rumput
laut Eucheuma cottonii di panen
sekitar 45 hari namun jika ditemukan penyakit, 40 hari sudah bisa dipanen
dengan cara di angkat seluruh tanaman kedalam perahu.
Setelah
di panen, rumput laut di jemur selama maksimal 2 hari dan di cuci dengan air
kapur di fermentasikan selama 3 hari. Setelah itu di cuci dengan air laut dan
di cuci kembali dengan air kapur lalu di jemur.
5.2
Saran
Pada
praktikum kali ini hanya di sarankan untuk lebih baik lagi ke depannya agar
lebih lancar dalam menjalani praktikum lapangan ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Gulma_laut,
15 Desember 2012
15
Desember 2012
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=457,
15 Desember 2012
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagi info donk, kl dr warnanya mana yang lbh kaya gizi antara cottoni ungu cerah, coklat, merah kecoklatan, coklat keunguan, hijau kecoklatan, hijau kekuningan atau hijau? Thx
BalasHapus