PENGUJIAN
FORMALIN PADA IKAN ASIN DI DAERAH PROVINSI BANTEN
ALAN SUPARTA
4443112081
Praktikum Biokimia
Hasil Perairan
ABSTRAK
Tujuan
dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis dan mengidentifikasi kandungan produk ikan asin kering di provinsi Banten.
2) Mengetahui tingkat kepekaan
kandungan larutan formalin pada ikan
asin.
Metode yang digunakan
dalam pengujian formalin pada ikan asin secara kualitatif menggunakan antilin. Proses penelitian dengan mengumpulkan sampel di
berbagai daerah di provinsi Banten. Data/sampel produk ikan asin dianalisis
secara acak pada setiap kelompok untuk menguji kandungan formalin. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian laboratorium ikan yang
mengandung larutan formalin bahwa dari ke-6 sampel yang dibeli secara acak,di
nyatakan bahwa 4 sampel terdeteksi mengandung zat formalin dan 2 diantaranya
tidak terdeteksi adanya zat formalin. Untuk
uji formalin sampel Karangantu ikan semar positif 3 ; Keronjo ikan pari positif
4 ; Keronjo ikan pepetek positif 1 ; Labuan ikan gabus positif 2 ; Panimbang
ikan pepetek negative ; Panimbang kurisi negative.
Kata kunci : antilin, formalin, ikan asin
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan Asin Kering adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Ikan Asin Kering mengandung energi sebesar 193 kilokalori,
protein 42 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 1,5 gram, kalsium 200 miligram,
fosfor 300 miligram, dan zat besi 3 miligram. Selain itu di dalam Ikan
Asin Kering juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,01 miligram
dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gram Ikan Asin Kering, dengan jumlah yang dapat dimakan
sebanyak 70 %. Pemberian
bahan tambahan pangan terkadang dilakukan agar kualitas fisik makanan terlihat
baik. Bahan tambahan pangan seperti zat pewarna, pengeras, penyedap penguat rasa, dan pengawet banyak diberikan
tanpa memikirkan dampak yang akan dialami konsumen yang menkonsumsinya. Bahan
tambahan yang biasa digunakan adalah boraks dan formalin.
Formalin
adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam formalin
mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol
hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama
(desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin
adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane,
Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan
Formalith. ( Astawan, Made, 2006
). Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena
kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh.
Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2
dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita,
2006).
Penyalahgunaan untuk keperluan lain seperti pengawetan makanan yang
sangat tidak baik apabila dikonsumsi oleh tubuh manusia salahsatunya pada
pengawetan ikan asin. Formalin sangat berbahaya jika dihirup, mengenai kulit
dan tertelan. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang maka formadehid dapat
merusak hati, ginjal, limpa, pankreas ,dll.
Tujuan
Menganalisis
dan mengidentifikasi kandungan produk
ikan asin
kering di provinsi Banten dan
Mengetahui tingkat kepekaan
kandungan larutan formalin pada ikan
asin.
.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Pengujian
formalin pada ikan asin ini dilaksanankan pada hari Kamis pukul 08.00 WIB.
tanggal 14 Maret 2013 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang,
Banten.
Alat dan Bahan
Pengujian formalin pada ikan asin
ini menggunakan alat-alat seperti: Timbangan
digital, pisau, talenan, cobet/ulekan,
penyaring halus, pipet tetes, tabung erlenmayer dan 2 tabung reaksi. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan seperti: sampel ikan asin 10 gram, air panas 20 ml,
dan antilin AL.A
dan AL.B.
Metode Praktikum
Metode
yang digunakan
dalam pengujian formalin pada ikan asin secara kualitatif menggunakan antilin.
Langkah awal sediakan sampel ikan asin sebanyak 10 gram dalam bentuk halus.
Lalu tambahkan air panas sebanyak 20 ml kemudian homogenkan menggunakan tabung
erlenmayer. Setelah itu saring sampel hingga mendapatkan cairan ekstraknya.
Tahap berikutnya, ambil cairan ekstrak sebanyak 5 ml menggunakan pipet tetes
dan pindahkan ke dalam tabung reaksi. Lakukan ha tersebut sebanyak 2 kali,
karena tabung reaksi pertama untuk uji coba, dan tabung reaksi kedua untuk
kontrol. Setelah itu, teteskan AL.A 4 tetes dan AL.B 4 tetes ke dalam tabung
reaksi uji coba. Kemudian, homogenkan dan tunggu hingga 10 menit lalu
bandingkan dengan tabung reaksi kontrol. Bila sampel positif mengandung
formalin, maka akan berubah warna menjadi ungu dan semakin tinggi kandungan
formalinnya maka semakin pekat warna unggu yang akan timbul dari sampel
tersebut.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
No.
|
Sampel
|
Jenis Ikan
Asin
|
Kandungan
Formalin
|
1
|
Karangantu
|
Pepetek
|
+++
|
2
|
Kronjo
|
Pepetek
|
+
|
3
|
Kronjo
|
Pari
|
++++
|
4
|
Labuan
|
Gabus
|
++
|
5
|
Panimbang
|
Pepetek
|
_
|
6
|
Panimbang
|
Kurisi
|
_
|
Keterangan:
+ = Positif 1
++ = Positif 2
+++ = Positif 3
++++ = Positif 4
Pembahasan
Dari
hasil uji kandungan formalin pada ikan asin yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa dari ke-6 sampel yang
dibeli secara acak,di nyatakan bahwa 4 sampel terdeteksi mengandung zat
formalin dan 2 diantaranya tidak terdeteksi adanya zat formalin. Serta dari
data diatas, dapat dilihat dalam penggunaan formalin yang paling banyak
terdapat pada ikan asin pari dari daerah Kronjo dengan warna dari larutannya
ungu pekat,sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ikan asin tersebut
mengandung zat formalin yang sangat tinggi dan untuk daerah karangantu mencapai
positf 3 serta daerah Labuan mencapai positif 1. Sedangkan untuk ikan asin
pepetek dan kurisi yang berasal dari daerah panimbang menunjukkan tidak adanya
zat formalin yang terkandung.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Dari data yang didapat pada penelitian pengujian formalin pada ikan asin
di provinsi Banten dapat di simpulkan bahwa hampir 66,6 % ikan asin di provinsi
Banten sudah mengandung formalin mulai dari positif 1 sampai positif 4, ini
terbukti dengan adanya penelitian dengan menggunakan antelin AL.A
dan AL.B
Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan prosedur
kerja sekaligus perhitungan dari tiap-tiap parameter pengukuran yang dilakukan
sehingga nantinya akan didapatkan hasil yang optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
F.G. winarno, 2002, Kimia Pangan Dan Gizi, karya nusa,
Bandung.
Rinto, Arafah, Elmeizi, Utama, B S.
Suwetja, I.K., 2011, Biokimia Hasil Perikanan, Media Prima
Akasara, Jakarta.
http://pipit.wordpress.com/2005/12/30/ciri-ciri-makanan-yang-mengandung-formalin/
(Di
akses 27-03-2013, 23.00)