TAMAN
NASONAL LAUT SAWU DI PROVINSI NUSA TENGGARA
TIMUR
Oleh:
Alan Suparta, Niken Widiowati, dan
Riama Natalia
Letak Geografis
Laut Sawu yang terletak di Provinsi
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah yang terletak di dalam Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia dan berbatasan dengan wilayah pesisir barat Timor
Leste. Daerah ini merupakan wilayah lintasan arus lintas Indonesia (Arlindo),
dimana Arlindo adalah pertemuan dua massa arus dari Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia. Laut Sawu memanjang dari barat ke timur sepanjang 600 km dan
dari utara ke selatan sepanjang 250 km.
Gambar
1 : peta kawasan laut sawu
Sejarah
Laut
Sawu terletak di belahan timur bentang laut Sunda Kecil (Lesser Sunda Seascape)
telah diusulkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) sebagai suatu
Kawasan Konservasi Perairan
dengan luas mencapai 4,9 juta hektar. Laut Sawu memiliki beragam habitat
penting dan koridor ruaya (migratory corridor) bagi 14 spesies Paus, termasuk
jenis jenis yang jarang dijumpai seperti Paus Biru
dan Paus Sperma. Tahun
2006, Gubernur Nusa Tenggara Timur menerbitkan SK No. 190/HK/2006 tentang
Pembentukan Tim Pengkajian dan Penetapan Kawasan Konservasi Laut (PPKKL) Laut
Sawu.Tujuannya antara lain mengkaji fungsi penting kawasan ini dari berbagai
aspek, untuk dijadikan dasar penetapan Kawasan Konservasi Laut dan merancang
bentuk pengelolaannya,sedemikian rupa sehingga masyarakat di dalam dan di
sekitar KKL Laut Sawu memperoleh manfaat yang besar untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Sesuai dengan fungsi kawasan konservasi laut, penetapannya
juga dimaksudkan untuk melestarikan budaya dan sejarah kehidupan masyarakat
didalamnya, menjunjung tinggi hak masyarakat untuk memiliki mata pencaharian
dan menjalankan tradisi dan budaya mereka.Satu hal yang khas di Laut Sawu
adalah tradisi menangkap paus yang telah berlangsung ratusan tahun dan menjadi
budaya masyarakat Lamalera.Masyarakat Lamalera memberi nilai tersendiri
terhadap kehadiran paus dan perburuannya yang menempatkan kawasan ini dalam peta budaya dunia.
Perairan
Laut Sawu bagi pembangunan di Provinsi NTT bermakna strategis, karena hampir
sebagian besar Kabupaten/Kota di NTT sangat tergantung kepada Laut Sawu. Lebih
dari 65 % potensi lestari sumberdaya ikan di provinsi ini disumbang oleh
Laut Sawu. Namun demikian, di kawasan Laut Sawu juga terdapat berbagai
permasalahan seperti perusakan terumbu karang, penurunan populasi hewan
penting, praktek penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dan lain
sebagainya. Pemerintah Provinsi NTT dalam sambutan Gubernur yang dibacakan oleh Asisten II
Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Drs Andreas J Halu mendukung
kegiatan ini, hal ini ditunjukkan dengan telah dikeluarkan kebijakan yang
terkait untuk itu diantaranya Gerakan Masuk Laut (GEMALA),PERDA NO 4 Tahun
2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan Laut , dan juga PERDA NO 1
Tahun 2011 tentang RT/RW provinsi NTT yang mengintegrasikan pengelolaan wilayah
darat dan laut termasuk pengalokasian TNP Laut Sawu didalamya serta Peraturan
Gubernur No 38 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang yang
mana kesemua regulasi yang ada tersebut dapat menjadi landasan kebijakan bagi
peningkatan pengelolaan sumber daya laut dan pesisir di Nusa Tenggara Timur.Lebih
lanjut beliau juga mengatakan bahwaharus adanya sinergitas antara pemerintah
Pusat dan daerah dalam mengelola Taman Nasional Perairan Layut Sawu ini, yang
kesemuanya harus bermuara kepada upaya peningkatan kesejahtreaan masyarakat
Nusa Tenggara Timur.
Workshop dan Konsultasi Publik
Percepatan Penetapan dan Pengelolaan Taman Nasional Perairan Laut Sawu ini
diikuti oleh Instansi Pusat, dan SKPD terkait yang ada di Provinsi dan Mitra
Lembaga Lokal yang ada di 10 Kabupaten yang termasuk dalam kawasan konservasi
perairan Taman Nasional Perairan Laut Sawu.Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut
Sawu di telaah berdasarkan Keputusan
Gubernur Nusa Tenggar Timur Nomor : 24 Tahun 2002 tentang Gerakan Masuk Laut Perda Propinsi No 3 tahun 2007 tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan laut SK
Gubernur NTT No 190/KEP/HK/2006 12 Juli 2006 tentang pembentukan tim pengkajian
dan penetapan kawasan konservasi laut (Tim PP KKL) Laut Sawu-Solor Lembata Alor (solar) Program pemerintah Daerah 2008-2013 (8
program strategis kelestarian
lingkungan hidup peningkatan perlindungan dan peletarian lingkugan hidup berkaitan dengan pembangunan
yang berkelanjutan Komitmen
para pihak dalam workshop di tingkat propinsi dan kabupaten Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 19/MEN/2007 tentang organisasi dan Tata kerja Balai Kawasan
Konservasi Perairan Nasional, dengan Jenjang struktural setingkat III.a Surat Dukungan Gubernur Nusa Tenggara
Timur Nomor: Ek.523.4/752/VIII/2007, Tanggal 6 Agustus 2007 Tentang Pembentukan
Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional di Kupang.
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Hayati. Perairan Laut
Sawu berada pada wilayah Coral Triangle atau wilayah segitiga terumbu
karang dunia, yaitu wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan
keanekaragaman hayati laut lainnya (termasuk ikan) tertinggi di dunia, yang
meliputi Indonesia Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan
Solomon. Perairan itu juga sebagai perlintasan bagi 14 jenis ikan paus dan
habitat bagi lumba-lumba, duyung, ikan pari manta, dan penyu, serta merupakan
jalur utama pelayanan nasional.
Kondisi oseanografi perairan
Perairan
Laut Sawu sangat dinamis
karena merupakan 2 massa pertemuan arus besar massa air dari samudera Hindia dan
Laut Belanda. Laut yang dalam dengan menjadikan Laut Sawu bagaikan kolam
raksasa yang sangat dinamis akibat pergerakan massa air laut. Fenomena
upwelling atau pengadukan massa air laut dalam da dingin dan air permukaan yang
hangat menjadikan daerah ini merupakan daerah dengan produktifitas perairan
yang sangat tinggi . Kedalama perairan untuk mencapai 4000 meter dan tebing
curam merupakan ciri dominan bentang di laut sawu.
Pola Pasang Surut
perairan
Laut Sawu memiliki tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda, dimana
dalam satu hari terjdai dua kali pasang dan dua kali surut, dengan amplitude
yang jauh berbeda antara pasang dan surut pertama dengan pasang dan surut kedua
.
Pola Angin
Pola
angin pada periode musim barat (periode Desember sampai Februari ) angin
didominasi oleh angin barat yang bertiup paling kuat pada bulan Desember
(>11 meter /detik) yang kemudian melemah pada bulan Januari dan makin lemah
di bulan Februari seiring masuknya periode peralihan satu . Pada periode
peralihan satu (Maret sampai dengan Mei) dominasi angin barat mulai hilang
seiring dengan munculnya angin dari arah utara, timur serta tenggara dengan
persentase kejadian dan kekuatan yang hampir sama . Periode selanjutnya yaitu
periode musim Timur (Juni sampai dengan Agustus ).
Keanekaragaman dan kesehatan karang
Perairan
Laut Sawu memiliki
sebanyak 220 jenis karang yang terbagi dalam 60 genera dan 17 famili (Pusat
Penelitian Perikanan dan Kelautan UNDANA) dengan kondisi kesehatan karang 17,6%
dalam kondisi bagus, 58,8% dalam kondisi sedang dan 23,5% dalam kondisi
buruk. Nilai Tutupan karang tertinggi sebesar 48,37% ditemukan di Kab.
Alor dan Nilai tutupan karang terendah ditemukan di Kabupaten Manggarai Barat
serta nilai tutupan rata-rata 29% hampir ditemukan di semua kabupaten. Menurut
Hoeksema 2007, keanekaragaman jenis karang di perairan laut sawu diperkirakan
sedikitnya 500 spesies.
Gambar 2 :
Keanekaragaman Terumbu Karang di Perairan Laut Sawu
Keanekaragaman ikan karang
Berdasarkan hasil survei reconaissance
2001-2002, ditemukan 336 jenis ikan karang. Beberapa jenis predator ikan
karang besar dilaporkan masih banyak terlihat di beberapa lokasi pengamatan.
Hutan Mangrove
Potensi hutan mangrove di kawasan
perairan Laut Sawu cukup besar, hasil survey Dinas Kehutanan yang bekerjasama
dengan Perguruan Tinggi pada tahun 1995 berhasil mengidentifikasi 11 species mangrove di P. Timor, Rote, Sabu
dan Semau dengan luas 19.603,12
ha dan 17.251,71 ha di P. Flores dan Solor. Luas hutan mangrove di
Sumba Timur sekitar 15.000 ha dengan jumlah tegakan yang telah diidentifikasi
seluas 1.359 ha. Hingga dewasa ini , hutan mangrove terutama dimanfaatkan
sebagai sumber kayu untuk konstruksi dan bahan bakar. Dari semua ekosistem
pesisir dan laut, hutan mangrove menempati posisi yang sangat penting bagi
perlindungan ekosistem pesisir lainnya. Akan tetapi, karena hutan mangrove
paling rendah mudah diakses oleh penduduk maka kerusakannya juga sangat parah.
Dalam masa depan ekosistem ini mesti dilindungi dengan perangkat hukum yang
diterapkan secara tegas. Selain itu penetapan pilihan-pilihan pengelolan hutan
mangrove sangat penting dilakukan.
Gambar 3 :
Kawasan Hutan Mangrove
Mamalia Laut
Perairan
Laut Sawu memiliki 31 spesies mamalia laut yang
terdiri dari 18 spesies Paus, 12 spesies Lumba-lumba, dan 1 spesies dugong
ditemukan di laut Sawu, diantaranya adalah Blue whale (Balaenoptera musculus),
Sperm whale (Physeter
macrocephalus), Pygmy killerwhale (Feresa attenuata), Short-finned pilotwhale (Globicephala macrohynchus),
Risso's dolphin (Grampus
griseus),Pantropical spotted dolphin (Stenella attenuata), Spinner dolphin (Stenella longirostris),
Rough-toothed dolphin (Steno
bredanensis), dan Bottlenose dolphin (Tursiops truncatus) (Pet-Soede 2002).
Penyu
Perairan
Laut Sawu memiliki 7
spesies penyu di dunia, 6 spesies dapat ditemukan di perairan Laut Sawu yaitu
penyu sisik (Eretmochelys
imbricata), penyu hijau (Chelonia
mydas), penyu lekang (Lepidochelys
olivacea), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu pipih (Natator depressus) dan
penyu belimbing (Dermochelys
coriacea). Beberapa daerah pantai peneluran penyu seperti di Pulau
Semau, Poto, Tuakau (Kab. Kupang), Pulau Ndoo, Pulau Nuse, Pulau Ndao, Pulau
Ndana (Rote Ndao), pesisir pantai di Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat,
Sumba Barat Daya, Sabu Raijua, Manggarai dan Manggarai Barat telah
diidentifikasi, namun demikian penelitian lebih mendetail harus dikerjakan
untuk mendapatkan data yang lebih komprehensif dan menjawab kebutuhan
konservasi penyu di Laut Sawu.
Kegiatan
Perikanan
Perairan
Laut Sawu memiliki potensi
perikanan tangkap berdasarkan data yang tersedia dan yang dikumpulkan
terlihat bahwa produksi perikanan terdiri atas 3 jenis yaitu ikan pelagis, demersal,
dan non ikan. Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan
pelagis sebesar 9,243,192.90 ton, ikan demersal 4,55,980.42 ton dan non ikan
1,632,20.42 ton. Ikan pelagis kecil umumnya terdiri
dari ikan-ikan berukuran kecil seperti ikan selar, teri, terbang, kembung,
tenggiri,layar dan lain-lain. Ikan pelagis kecil memiliki sifat schooling
(bergerombol) dan berimigrasi tidak terlalu jauh, sehingga penyebarannya pada
suatu perairan tidak merata. Ikan pelagis kecil tersebar pada perairan yang
lebih dangkal atau dekat permukaan dan di daerah perairan yang sering terjadi
up welling, yang merupakan daerah subur karena pengangkatan zat hara ke
permukaan. Jenis ikan pelagis kecil berpotensi besar dan bernilai ekonomis
tinggi adalah kembung, lemuru, teri, laying, terbang dan selar. Ikan-ikan
pelagis kecil ini terutama dipasarkan untuk konsumsi lokal, sebagian pasar
regional dan umpan hidup penangkapan ikan pelagis besar.
Perairan
Laut Sawu memiliki ikan
pelagis besar antara lain terdiri dari cakalang, tongkol, tuna madidihang; mata
besar: albacore dan cucut, ikan pelagis besar merupakan hasil perikanan
laut utama yang diekspor. Ikan pelagis besar banyak terdapat di perairan laut
dalam. Semua jenis tuna hampir terdapat di perairan Nusa Tenggara Timur,
terkecuali tuna sirip biru utara (Thunnus
thynnus) dan tuna sirip biru selatan (Thunnus atlanticus). Pola ruaya (migrasi)
jenis ikan tuna mencakup stok lokal yang terdapat di perairan Nusa Tenggara
Timur dan stok migrasi dari perairan laut wilayah Nusa Tenggara Timur yang pada
waktu-waktu tertentu akan bermigrasi ke perairan Nusa Tenggara Timur.
Gambar 4 :
Komoditas Ikan Tuna di Perairan Laut Sawu
Ikan-ikan demersal merupakan kelompok ikan
yang tinggal di dasar / dekat dasar perairan. Ikan demersal tersebar di seluruh
perairan dengan kecendrungan kepadatan populasi dan potensi yang tinggi pada
daerah sekitar pantai.Ikan demersal menurut kategori nilai ekonomis terdiri
dari kelompok utama sebanyak 24 % (kerapu, bambangan, bawal putih, kakap,
manyung, kuwe dan nomei) kelompok komersial kedua sebanyak 17 % (bawal
hitam, gerot-gerot, cucut), kelompok komersial ketiga 37 % (pepetek, beloso,
mata merah, kerong-kerong, gabus laut, besot dan sidat) dan kelompok ikan rucah
sebanyak 22 % (srinding, lidah, sebelah, kapas-kapas, wangi batu dan kipper).
Jenis-jenis ikan demersal tersebar di seluruh perairan Nusa Tenggara Timur
terutama sepanjang pantai utara Flores, perairan pulau-pulau kecil dan kawasan
perairan terumbu karang, ikan-ikan demersal ini dijual untuk konsumsi domestik
dan pasar ekspor.
Komoditas
Perikanan Jenis Lainnya
Perairan
Laut Sawu memiliki hasil
perikanan lain seperti cumi-cumi, kerang-kerangan, udang, kepiting, teripang,
ikan hias laut dan rumput laut merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi
juga. Cumi-cumi banyak terdapat di Kabupaten Manggarai, Flores Timur, Sumba
Timur, Ende dan Ngada. Kerang-kerangan terutama kerang mutiara hasil budidaya,
batu loa, japing-japing dan mata tujuh (abalon) merupakan komoditas berpotensi
pasar baik. Kerang-kerangan kecuali mutiara, teripang dan rumput laut terdapat
pada sebagian besar perairan Nusa Tenggara Timur, sedangkan mutiara sebagai
induk alam budidaya terdapat di perairan Kabupaten Kupang, Flores Timur, Alor,
Lembata, Sikka dan Manggarai. Potensi lain adalah budidaya laut yang mulai
dikembangkan di pantai pulau-pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan Konservasi TNP Laut Sawu
Kegiatan
Konservasi TNP Laut
Sawu untuk dijadikan Taman Nasional Perairan (TNP) dilakukan
untuk kepentingan kelangsungan hidup ikan
dan kebutuhan ikan bagi masa sekarang dan anak cucu. kegiatan ini dilaksanakan
oleh Kementerian Kelautan dan {erikanan melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan
Nasional - Kupang, bekerjasama dengan DKP Propinsi NTT, Tim Pengkajian
Penetapan dan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut Sawu
(P4KKP), TNC- SAvu Sea Development Project dan Dinas Kelautan Perikanan dan
Peternakan (DKPP) Kabupaten Manggarai serta Yayasan Tunas Jaya, sebagai Lembaga
swadaya Masyarakat yng mendampingi masyarakat dalam pelaksanaan TNP Laut Sawu.
Pengelolaan Zonasi dan Kewenangan
Wilayah pengelolaan Kawasan Konservasi
Laut Sawu terbagi menjadi 2 wilayah pengelolaan, Sawu I yang selanjutnya
bernama Zona Perairan Selat Sumba, Sawu II yang selanjutnya bernama Zona
Perairan Tirosa-Batek serta KKLD Alor yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Pengembangan jejaring Kawasan Konservasi Perairan Laut Sawu.
Zona
Perairan Selat Sumba (Sawu I)
Luas: 567.165,64 ha Wilayah : Meliputi 6 Kabupaten yaitu,
Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten
Sumba Barat Daya, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat.Kabupaten
Sumba Timur meliputi Kecamatan Haharu (1102) dan Kecamatan Kanatang
(1120).Kabupaten Sumba Tengah meliputi Kecamatan Umbu Ratu Nggay (1702) dan
Kecamatan Mamboro (1703) Kabupaten
Sumba Barat Daya meliputi meliputi Kecamatan Loura (1801), Kecamatan Kodi Utara
(1808), dan Kecamatan Kodi (1807) serta Kecamatan Wewewa Barat (1802) Kabupaten Sumba Barat meliputi
Kecamatan Tana Righu (1205) Kabupaten
Manggarai meliputi 1 Kecamatan, yaitu Kecamatan Satarmese Barat (1505) Kabupaten Manggarai Barat meliputi 1
Kecamatan, yaitu Kecamatan Lembor (1007)
Gambar 6 : Peta
dan Batas Wilayah Sawu I
Keterangan :
Batas wilayah Titik sebelah barat di
P. Sumba di mulai di desa Atedalo (118º 55’ 44.976” BT, 9º 32’ 35.556” LS),
Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya sampai menuju desa
Hambapraing (120º 11’ 28.932” BT, 9º
28’ 20.136” LS), Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur dengan panjang garis
pantai sepanjang 176,42 km Titik di sebelah barat P Flores di mulai di
desa Nangabere (119º 52’ 58.404” BT, 8º 49’ 45.66” LS), Kecamatan Lembor, kabupaten
Manggarai Barat sampai menuju desa Terong (120º 22’ 22.944” BT, 8º 49’ 4.8”
LS), Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai dengan panjang garis pantai
sepanjang 80,69 km.
Zona
Perairan Tirosa (P. Timor-Rote-Sabu)-Batek (Sawu II)
Luas: 2.953.964,37 ha .Wilayah: Meliputi 4 Kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang,
Kabupaten Timor Tengah Selatan Kabupaten
Sumba Timur meliputi 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Umalulu (1108), Kecamatan
Rindi (1109), Kecamatan Pahungalodu (1110) , Kecamatan Wua Waijelu (1111),
Kecamatan Karera (1113), Kecamatan Ngadu Kala (1118) Kabupaten Rote Ndao meliputi 8
Kecamatan yaitu Kecamatan Rote Barat Daya (1401), Kecamatan Rote Barat Laut
(1402), Kecamatan Lobalain (1403), Kecamatan Rote Tengah (1404), Kecamatan
Pantai Baru (1405), Kecamatan Rote Timur (1406), dan Kecamatan Rote Barat
(1407), Kecamatan Rote Selatan (408)Kabupaten Kupang meliputi Kecamatan Amfoang
Barat Daya (121), Kecamatan Amfoang Barat Laut (122), Kecamatan Amfoang Timur
(123), Kecamatan Fatuleu Barat (126), Kecamatan Sulamu (107), Kecamatan Kupang
Barat (105), Kecamatan Nekamese (116), Kecamatan Amarasi Barat (117), Kecamatan
Amarasi Selatan (118), Kecamatan Amarasi Timur (119), Kecamatan Semau (104),
Kecamatan Semau Selatan (124), Kecamatan Sabu (101), Kecamatan Sabu Barat
(102), Kecamatan Sabu Timur (103), Kecamatan Hawu Mehara (114), Kecamatan Sabu
Liae (115), Kecamatan Sabu Tengah (129) Kabupaten
Timor Tengah Selatan meliputi Kecamatan Amanuban Selatan (206) dan Kecamatan
Kualin (216).
Gambar 7 : Peta dan batas wilayah Sawu II
Keterangan :
Tabel 1 : Batas
Wilayah di Perairan Laut Sawu
No
|
Titik
|
Bujur
|
Lintang
|
Keterangan
|
1
|
25
|
124° 23’ 40.956” BT
|
10° 10’ 11.676” LS
|
Titik acuan di Kab.TTS
|
2
|
26
|
122° 52’ 46.776” BT
|
11° 9’ 5.832” LS
|
Titik acuan di Kab RoteNdao
|
3
|
27
|
121° 50’ 11.004” BT
|
10° 47’ 5.352” LS
|
Titik acuan di Kab RoteNdao
|
4
|
28
|
121° 14’ 11.4” BT
|
11° 0’ 11.916” LS
|
Titik acuan di Kab RoteNdao
|
5
|
29
|
120° 3’ 48.6” BT
|
10° 19’ 9.948” LS
|
Titik acuan Kab Sumba Timur
|
6
|
30
|
120° 8’ 50.532” BT
|
10° 13’ 16.68” LS
|
Titik acuan di Kab Sumba Timur
|
7
|
31
|
120° 38’ 57.912” BT
|
9° 51’ 7.308” LS
|
Titik acuan di Kab Sumba Timur
|
8
|
32
|
122° 4’ 9.588” BT
|
10° 24’ 29.988” LS
|
Titik acuan di Kab RoteNdao
|
9
|
33
|
122° 38’ 24.648” BT
|
10° 24’ 28.476” LS
|
Titik acuan di Kab RoteNdao
|
10
|
34
|
123° 58’ 59.592” BT
|
9° 14’ 21.228” LS
|
Titik acuan di P. Batek
|
11
|
35
|
124° 0’ 58.392” BT
|
9° 15’ 52.776” LS
|
Titik acuan di P.Batek
|
12
|
36
|
124° 0’ 28.692” BT
|
9° 20’ 35.304” LS
|
Titik acuan di Kab Kupang
|
Kawasan
Konservasi Laut Daerah Alor
Luas: 400008,3 ha (Peraturan Bupati
Alor No 6 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Alor No 12 Tahun
2006 Tentang Penetapan Selat Pantar Sebagai Kawasan Konservasi Laut
Daerah) Wilayah: Meliputi 14 kecamatan, yaitu Kecamatan teluk
Mutiara (501), Kecamatan Alor Barat Laut (502), Kecamatan Alor Barat Daya
(503), Kecamatan Alor Selatan (504), Kecamatan Pantar (506), Kecamatan Alor
Tengah Utara (507), Kecamatan Pantar Barat (509), Kecamatan Pulau Pura (510), Kecamatan
Kabola (511), Kecamatan Mataru (512), Kecamatan Pantar Timur (514), Kecamatan
Pantar Tengah (515), Kecamatan Pantar Barat Laut (516), Kecamatan Lembur (517).
Gambar 6 : Peta dan batas wilayah KKLD Alor
Keterangan :
Tabel 2 : Batas Wilayah KKLD Alor
No
|
Bujur
|
Lintang
|
1
|
123°52’ 21,432” BT
|
8°20’ 25,368” LS
|
2
|
123°58’ 29,568” BT
|
8°17’ 34,62” LS
|
3
|
123°59’ 20,688” BT
|
8°14’ 0,96” LS
|
4
|
123°58’ 2,748” BT
|
8°11’ 28, 68” LS
|
5
|
123°58’ 2,820” BT
|
8°3’ 25,308” LS
|
6
|
124°46’ 14,268” BT
|
8°3’ 22,356” LS
|
7
|
124°46’ 14,844” BT
|
8°8’ 47,04” LS
|
8
|
124°46’ 15,420” BT
|
8°24’ 7,38” LS
|
9
|
123°46’ 13,944” BT
|
8°36’ 10,836” LS
|
10
|
123°45’ 4,572” BT
|
8°36’ 21,168” LS
|
11
|
123°45’ 4,572” BT
|
8°26’ 35,736” LS
|
12
|
123°48’ 12,516” BT
|
8°20’ 51,576” LS
|
Perluasan Kawasan Konservasi Laut
Daerah Selat Pantar mempunyai tujuan:
Mendukung pengelolaan stok yang
meliputi tahapan kehidupan tertentu (tempat berlindungnya larva/Larva
Nursery Grounds), fungsi-fungsi kritis populasi yang diekploitasi (daerah
makan/feeding grounds, Dearah pemijahan/spawning grounds),
berpindah-pindahnya (spillover) jenis-jenis yang dieksploitasi, pusat
dispersi untuk perekrutan larva jenis-jenis yang dieksploitasi Mendukung stabilitas
perikananPengganti ekologi yang hilang karena dampak ekosistem dan Meningkatkan hasil sosial ekonomi
masyarakat.
Fasilitator Pengelolaan TNP Laut Sawu
Tim Pengkajian Penetapan dan
Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (P4KKP) Laut Sawu menggelar
training of trainer (TOT) bagi fasilitator konsultasi publik pengelolaan Taman
Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu.
DAFTAR
PUSTAKA
tnplautsawu.net/
http://www.google.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar