Jumat, 15 Februari 2013

TAMAN NASONAL LAUT SAWU DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


TAMAN NASONAL LAUT SAWU DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Oleh:
Alan Suparta, Niken Widiowati, dan Riama Natalia
Letak Geografis
            Laut Sawu yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah yang terletak di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan berbatasan dengan wilayah pesisir barat Timor Leste. Daerah ini merupakan wilayah lintasan arus lintas Indonesia (Arlindo), dimana Arlindo adalah pertemuan dua massa arus dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Laut Sawu memanjang dari barat ke timur sepanjang 600 km dan dari utara ke selatan sepanjang 250 km.

Gambar 1 : peta kawasan laut sawu
Sejarah
Laut Sawu terletak di belahan timur bentang laut Sunda Kecil (Lesser Sunda Seascape) telah diusulkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) sebagai suatu Kawasan Konservasi Perairan dengan luas mencapai 4,9 juta hektar. Laut Sawu memiliki beragam habitat penting dan koridor ruaya (migratory corridor) bagi 14 spesies Paus, termasuk jenis jenis yang jarang dijumpai seperti Paus Biru dan Paus Sperma. Tahun 2006, Gubernur Nusa Tenggara Timur menerbitkan SK No. 190/HK/2006 tentang Pembentukan Tim Pengkajian dan Penetapan Kawasan Konservasi Laut (PPKKL) Laut Sawu.Tujuannya antara lain mengkaji fungsi penting kawasan ini dari berbagai aspek, untuk dijadikan dasar penetapan Kawasan Konservasi Laut dan merancang bentuk pengelolaannya,sedemikian rupa sehingga masyarakat di dalam dan di sekitar KKL Laut Sawu memperoleh manfaat yang besar untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sesuai dengan fungsi kawasan konservasi laut, penetapannya juga dimaksudkan untuk melestarikan budaya dan sejarah kehidupan masyarakat didalamnya, menjunjung tinggi hak masyarakat untuk memiliki mata pencaharian dan menjalankan tradisi dan budaya mereka.Satu hal yang khas di Laut Sawu adalah tradisi menangkap paus yang telah berlangsung ratusan tahun dan menjadi budaya masyarakat Lamalera.Masyarakat Lamalera memberi nilai tersendiri terhadap kehadiran paus dan perburuannya yang menempatkan kawasan ini dalam peta budaya dunia.
Perairan Laut Sawu bagi pembangunan di Provinsi NTT bermakna strategis, karena hampir sebagian besar Kabupaten/Kota di NTT sangat tergantung kepada Laut Sawu. Lebih dari 65 % potensi lestari sumberdaya ikan di provinsi ini  disumbang oleh Laut Sawu. Namun demikian, di kawasan Laut Sawu juga terdapat berbagai permasalahan seperti perusakan terumbu karang, penurunan populasi hewan penting, praktek penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dan lain sebagainya. Pemerintah Provinsi NTT dalam sambutan Gubernur yang dibacakan oleh Asisten II Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Drs Andreas J Halu mendukung kegiatan ini, hal ini ditunjukkan dengan telah dikeluarkan kebijakan yang terkait untuk itu diantaranya Gerakan Masuk Laut (GEMALA),PERDA NO 4 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan Laut , dan juga PERDA NO 1 Tahun 2011 tentang RT/RW provinsi NTT yang mengintegrasikan pengelolaan wilayah darat dan laut termasuk pengalokasian TNP Laut Sawu didalamya serta Peraturan Gubernur No 38 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang yang mana kesemua regulasi yang ada tersebut dapat menjadi landasan kebijakan bagi peningkatan pengelolaan sumber daya laut dan pesisir di Nusa Tenggara Timur.Lebih lanjut beliau juga mengatakan bahwaharus adanya sinergitas antara pemerintah Pusat dan daerah dalam mengelola Taman Nasional Perairan Layut Sawu ini, yang kesemuanya harus bermuara kepada upaya peningkatan kesejahtreaan masyarakat Nusa Tenggara Timur.
Workshop dan Konsultasi Publik Percepatan Penetapan dan Pengelolaan Taman Nasional Perairan Laut Sawu ini diikuti oleh Instansi Pusat, dan SKPD terkait yang ada di Provinsi dan Mitra Lembaga Lokal yang ada di 10 Kabupaten yang termasuk dalam kawasan konservasi perairan Taman Nasional Perairan Laut Sawu.Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Sawu di telaah berdasarkan Keputusan Gubernur Nusa Tenggar Timur Nomor : 24 Tahun 2002 tentang Gerakan Masuk Laut Perda Propinsi No 3 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan laut SK Gubernur NTT No 190/KEP/HK/2006 12 Juli 2006 tentang pembentukan tim pengkajian dan penetapan kawasan konservasi laut (Tim PP KKL) Laut Sawu-Solor Lembata Alor (solar) Program pemerintah Daerah 2008-2013 (8 program strategis kelestarian lingkungan hidup peningkatan perlindungan dan peletarian lingkugan hidup berkaitan dengan pembangunan yang berkelanjutan Komitmen para pihak dalam workshop di tingkat propinsi dan kabupaten Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 19/MEN/2007  tentang organisasi dan Tata kerja Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional, dengan Jenjang struktural setingkat III.a Surat Dukungan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor: Ek.523.4/752/VIII/2007, Tanggal 6 Agustus 2007 Tentang Pembentukan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional di Kupang.

Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Hayati. Perairan Laut Sawu  berada pada wilayah Coral Triangle atau wilayah segitiga terumbu karang dunia, yaitu wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati laut lainnya (termasuk ikan) tertinggi di dunia, yang meliputi Indonesia Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. Perairan itu juga sebagai perlintasan bagi 14 jenis ikan paus dan habitat bagi lumba-lumba, duyung, ikan pari manta, dan penyu, serta merupakan jalur utama pelayanan nasional.
Kondisi oseanografi perairan
Perairan Laut Sawu sangat dinamis karena merupakan 2 massa pertemuan arus besar massa air dari samudera Hindia dan Laut Belanda. Laut yang dalam dengan menjadikan Laut Sawu bagaikan kolam raksasa yang sangat dinamis akibat pergerakan massa air laut. Fenomena upwelling atau pengadukan massa air laut dalam da dingin dan air permukaan yang hangat menjadikan daerah ini merupakan daerah dengan produktifitas perairan yang sangat tinggi . Kedalama perairan untuk mencapai 4000 meter dan tebing curam merupakan ciri dominan bentang di laut sawu.
Pola Pasang Surut
perairan Laut Sawu memiliki tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda, dimana dalam satu hari terjdai dua kali pasang dan dua kali surut, dengan amplitude yang jauh berbeda antara pasang dan surut pertama dengan pasang dan surut kedua .
 Pola Angin
Pola angin pada periode musim barat (periode Desember sampai Februari ) angin didominasi oleh angin barat yang bertiup paling kuat pada bulan Desember (>11 meter /detik) yang kemudian melemah pada bulan Januari dan makin lemah di bulan Februari seiring masuknya periode peralihan satu . Pada periode peralihan satu (Maret sampai dengan Mei) dominasi angin barat mulai hilang seiring dengan munculnya angin dari arah utara, timur serta tenggara dengan persentase kejadian dan kekuatan yang hampir sama . Periode selanjutnya yaitu periode musim Timur (Juni sampai dengan Agustus ).
Keanekaragaman dan kesehatan karang
Perairan Laut Sawu memiliki sebanyak 220 jenis karang yang terbagi dalam 60 genera dan 17 famili (Pusat Penelitian Perikanan dan Kelautan UNDANA) dengan kondisi kesehatan karang 17,6% dalam kondisi bagus, 58,8% dalam kondisi sedang dan 23,5% dalam kondisi buruk.  Nilai Tutupan karang tertinggi sebesar 48,37% ditemukan di Kab. Alor dan Nilai tutupan karang terendah ditemukan di Kabupaten Manggarai Barat serta nilai tutupan rata-rata 29% hampir ditemukan di semua kabupaten. Menurut Hoeksema 2007, keanekaragaman jenis karang di perairan laut sawu diperkirakan sedikitnya 500 spesies.

Gambar 2 : Keanekaragaman Terumbu Karang di Perairan Laut Sawu

Keanekaragaman ikan karang
Berdasarkan hasil survei reconaissance 2001-2002, ditemukan 336 jenis ikan karang.  Beberapa jenis predator ikan karang besar dilaporkan masih banyak terlihat di beberapa lokasi pengamatan.
  
Hutan Mangrove
Potensi hutan mangrove di kawasan perairan Laut Sawu cukup besar, hasil survey Dinas Kehutanan yang bekerjasama dengan Perguruan Tinggi pada tahun 1995 berhasil mengidentifikasi 11 species mangrove di P. Timor, Rote, Sabu dan Semau dengan luas 19.603,12 ha  dan 17.251,71 ha di P. Flores dan Solor.  Luas hutan mangrove di Sumba Timur sekitar 15.000 ha dengan jumlah tegakan yang telah diidentifikasi seluas 1.359 ha. Hingga dewasa ini , hutan mangrove terutama dimanfaatkan sebagai sumber kayu untuk konstruksi dan bahan bakar. Dari semua ekosistem pesisir dan laut, hutan mangrove menempati posisi yang sangat penting bagi perlindungan ekosistem pesisir lainnya. Akan tetapi, karena hutan mangrove paling rendah mudah diakses oleh penduduk maka kerusakannya juga sangat parah. Dalam masa depan ekosistem ini mesti dilindungi dengan perangkat hukum yang diterapkan secara tegas. Selain itu penetapan pilihan-pilihan pengelolan hutan mangrove sangat penting dilakukan.

Gambar 3 : Kawasan Hutan Mangrove
Mamalia Laut
Perairan Laut Sawu memiliki 31 spesies mamalia laut yang terdiri dari 18 spesies Paus, 12 spesies Lumba-lumba, dan 1 spesies dugong ditemukan di laut Sawu, diantaranya adalah Blue whale (Balaenoptera musculus), Sperm whale (Physeter macrocephalus), Pygmy killerwhale (Feresa attenuata), Short-finned pilotwhale (Globicephala macrohynchus), Risso's dolphin (Grampus griseus),Pantropical spotted dolphin (Stenella attenuata), Spinner dolphin (Stenella longirostris), Rough-toothed dolphin (Steno bredanensis), dan Bottlenose dolphin (Tursiops truncatus) (Pet-Soede 2002).

Penyu
Perairan Laut Sawu memiliki 7 spesies penyu di dunia, 6 spesies dapat ditemukan di perairan Laut Sawu yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas),  penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu pipih (Natator depressus) dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Beberapa daerah pantai peneluran penyu seperti di Pulau Semau, Poto, Tuakau (Kab. Kupang), Pulau Ndoo, Pulau Nuse, Pulau Ndao, Pulau Ndana (Rote Ndao), pesisir pantai di Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sabu Raijua, Manggarai dan Manggarai Barat telah diidentifikasi, namun demikian penelitian lebih mendetail harus dikerjakan untuk mendapatkan data yang lebih komprehensif dan menjawab kebutuhan konservasi penyu di Laut Sawu.

Kegiatan Perikanan
Perairan Laut Sawu memiliki potensi perikanan tangkap berdasarkan data yang tersedia dan yang dikumpulkan terlihat bahwa produksi perikanan terdiri atas 3 jenis yaitu ikan pelagis, demersal, dan non ikan. Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan pelagis sebesar 9,243,192.90 ton, ikan demersal 4,55,980.42 ton dan non ikan 1,632,20.42 ton. Ikan pelagis kecil umumnya terdiri dari ikan-ikan berukuran kecil seperti ikan selar, teri, terbang, kembung, tenggiri,layar dan lain-lain. Ikan pelagis kecil memiliki sifat schooling (bergerombol) dan berimigrasi tidak terlalu jauh, sehingga penyebarannya pada suatu perairan tidak merata. Ikan pelagis kecil tersebar pada perairan yang lebih dangkal atau dekat permukaan dan di daerah perairan yang sering terjadi up welling, yang merupakan daerah subur karena pengangkatan zat hara ke permukaan. Jenis ikan pelagis kecil berpotensi besar dan bernilai ekonomis tinggi adalah kembung, lemuru, teri, laying, terbang dan selar. Ikan-ikan pelagis kecil ini terutama dipasarkan untuk konsumsi lokal, sebagian pasar regional dan umpan hidup penangkapan ikan pelagis besar.
Perairan Laut Sawu memiliki ikan pelagis besar antara lain terdiri dari cakalang, tongkol, tuna madidihang; mata besar: albacore dan cucut,  ikan pelagis besar merupakan hasil perikanan laut utama yang diekspor. Ikan pelagis besar banyak terdapat di perairan laut dalam. Semua jenis tuna hampir terdapat di perairan Nusa Tenggara Timur, terkecuali tuna sirip biru utara (Thunnus thynnus) dan tuna sirip biru selatan (Thunnus atlanticus). Pola ruaya (migrasi) jenis ikan tuna mencakup stok lokal yang terdapat di perairan Nusa Tenggara Timur dan stok migrasi dari perairan laut wilayah Nusa Tenggara Timur yang pada waktu-waktu tertentu akan bermigrasi ke perairan Nusa Tenggara Timur. 
Gambar 4 : Komoditas Ikan Tuna di Perairan Laut Sawu

 Ikan-ikan demersal merupakan kelompok ikan yang tinggal di dasar / dekat dasar perairan. Ikan demersal tersebar di seluruh perairan dengan kecendrungan kepadatan populasi dan potensi yang tinggi pada daerah sekitar pantai.Ikan demersal menurut kategori nilai ekonomis terdiri dari kelompok utama sebanyak 24 % (kerapu, bambangan, bawal putih, kakap, manyung, kuwe dan nomei) kelompok komersial kedua sebanyak  17 % (bawal hitam, gerot-gerot, cucut), kelompok komersial ketiga 37 % (pepetek, beloso, mata merah, kerong-kerong, gabus laut, besot dan sidat) dan kelompok ikan rucah sebanyak 22 % (srinding, lidah, sebelah, kapas-kapas, wangi batu dan kipper). Jenis-jenis ikan demersal tersebar di seluruh perairan Nusa Tenggara Timur terutama sepanjang pantai utara Flores, perairan pulau-pulau kecil dan kawasan perairan terumbu karang, ikan-ikan demersal ini dijual untuk konsumsi domestik dan pasar ekspor.

 Gambar 5 : Peta Perkiraan Daerah Penangkapan Ikan Wilayah Perairan Sawu

Komoditas Perikanan Jenis Lainnya
Perairan Laut Sawu memiliki hasil perikanan lain seperti cumi-cumi, kerang-kerangan, udang, kepiting, teripang, ikan hias laut dan rumput laut merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi juga. Cumi-cumi banyak terdapat di Kabupaten Manggarai, Flores Timur, Sumba Timur, Ende dan Ngada. Kerang-kerangan terutama kerang mutiara hasil budidaya, batu loa, japing-japing dan mata tujuh (abalon) merupakan komoditas berpotensi pasar baik. Kerang-kerangan kecuali mutiara, teripang dan rumput laut terdapat pada sebagian besar perairan Nusa Tenggara Timur, sedangkan mutiara sebagai induk alam budidaya terdapat di perairan Kabupaten Kupang, Flores Timur, Alor, Lembata, Sikka dan Manggarai. Potensi lain adalah budidaya laut yang mulai dikembangkan di pantai pulau-pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan Konservasi TNP Laut Sawu
Kegiatan Konservasi TNP Laut Sawu untuk dijadikan Taman Nasional Perairan (TNP) dilakukan untuk kepentingan kelangsungan hidup ikan dan kebutuhan ikan bagi masa sekarang dan anak cucu. kegiatan ini dilaksanakan oleh Kementerian Kelautan dan {erikanan melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional - Kupang, bekerjasama dengan DKP Propinsi NTT, Tim Pengkajian Penetapan dan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut Sawu (P4KKP), TNC- SAvu Sea Development Project dan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Manggarai serta Yayasan Tunas Jaya, sebagai Lembaga swadaya Masyarakat yng mendampingi masyarakat dalam pelaksanaan TNP Laut Sawu.

Pengelolaan Zonasi dan Kewenangan
Wilayah pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Sawu terbagi menjadi 2 wilayah pengelolaan, Sawu I yang selanjutnya bernama Zona Perairan Selat Sumba, Sawu II yang selanjutnya bernama Zona Perairan Tirosa-Batek serta KKLD Alor yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pengembangan jejaring Kawasan Konservasi Perairan Laut Sawu.

Zona Perairan Selat Sumba (Sawu I)
Luas: 567.165,64 ha Wilayah : Meliputi 6 Kabupaten yaitu, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat.Kabupaten Sumba Timur meliputi Kecamatan Haharu (1102) dan Kecamatan Kanatang (1120).Kabupaten Sumba Tengah meliputi Kecamatan Umbu Ratu Nggay (1702) dan Kecamatan Mamboro (1703) Kabupaten Sumba Barat Daya meliputi meliputi Kecamatan Loura (1801), Kecamatan Kodi Utara (1808), dan Kecamatan Kodi (1807) serta Kecamatan Wewewa Barat (1802) Kabupaten Sumba Barat meliputi Kecamatan Tana Righu (1205) Kabupaten Manggarai meliputi 1 Kecamatan, yaitu Kecamatan Satarmese Barat (1505) Kabupaten Manggarai Barat meliputi 1 Kecamatan, yaitu Kecamatan Lembor (1007)

Gambar 6 :  Peta dan Batas Wilayah Sawu I
Keterangan :
Batas wilayah Titik sebelah barat di P. Sumba di mulai di desa Atedalo (118º 55’ 44.976” BT, 9º 32’ 35.556” LS), Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya sampai menuju desa
Hambapraing (120º 11’ 28.932” BT, 9º 28’ 20.136” LS), Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur dengan panjang garis pantai sepanjang 176,42 km  Titik di sebelah barat P Flores di mulai di desa Nangabere (119º 52’ 58.404” BT, 8º 49’ 45.66” LS), Kecamatan Lembor, kabupaten Manggarai Barat sampai menuju desa Terong (120º 22’ 22.944” BT, 8º 49’ 4.8” LS), Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai  dengan panjang garis pantai sepanjang 80,69 km.

Zona Perairan Tirosa (P. Timor-Rote-Sabu)-Batek (Sawu II)
Luas: 2.953.964,37 ha .Wilayah: Meliputi 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan Kabupaten Sumba Timur meliputi 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Umalulu (1108), Kecamatan Rindi (1109), Kecamatan Pahungalodu (1110) , Kecamatan Wua Waijelu (1111), Kecamatan Karera (1113), Kecamatan Ngadu Kala (1118) Kabupaten Rote Ndao meliputi 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Rote Barat Daya (1401), Kecamatan Rote Barat Laut (1402), Kecamatan Lobalain (1403), Kecamatan Rote Tengah (1404), Kecamatan Pantai Baru (1405), Kecamatan Rote Timur (1406), dan Kecamatan Rote Barat (1407), Kecamatan Rote Selatan (408)Kabupaten Kupang meliputi Kecamatan Amfoang Barat Daya (121), Kecamatan Amfoang Barat Laut (122), Kecamatan Amfoang Timur (123), Kecamatan Fatuleu Barat (126), Kecamatan Sulamu (107), Kecamatan Kupang Barat (105), Kecamatan Nekamese (116), Kecamatan Amarasi Barat (117), Kecamatan Amarasi Selatan (118), Kecamatan Amarasi Timur (119), Kecamatan Semau (104), Kecamatan Semau Selatan (124), Kecamatan Sabu (101), Kecamatan Sabu Barat (102), Kecamatan Sabu Timur (103), Kecamatan Hawu Mehara (114), Kecamatan Sabu Liae (115), Kecamatan Sabu Tengah (129) Kabupaten Timor Tengah Selatan meliputi Kecamatan Amanuban Selatan (206) dan Kecamatan Kualin (216).

Gambar 7 :  Peta dan batas wilayah Sawu II
  
Keterangan :
Tabel 1 : Batas Wilayah di Perairan Laut Sawu
No
Titik
Bujur
Lintang
Keterangan
1
25
124° 23’ 40.956” BT
10° 10’ 11.676” LS
Titik acuan di Kab.TTS
2
26
122° 52’ 46.776” BT
11° 9’ 5.832” LS
Titik acuan di Kab RoteNdao
3
27
121° 50’ 11.004” BT
10° 47’ 5.352” LS
Titik acuan di Kab RoteNdao
4
28
121° 14’ 11.4” BT
11° 0’ 11.916” LS
Titik acuan di Kab RoteNdao
5
29
120° 3’ 48.6” BT
10° 19’ 9.948” LS
Titik acuan Kab Sumba Timur
6
30
120° 8’ 50.532” BT
10° 13’ 16.68” LS
Titik acuan di Kab Sumba Timur
7
31
120° 38’ 57.912” BT
9° 51’ 7.308” LS
Titik acuan di Kab Sumba Timur
8
32
122° 4’ 9.588” BT
10° 24’ 29.988” LS
Titik acuan di Kab RoteNdao
9
33
122° 38’ 24.648” BT
10° 24’ 28.476” LS
Titik acuan di Kab RoteNdao
10
34
123° 58’ 59.592” BT
9° 14’ 21.228” LS
Titik acuan di P. Batek
11
35
124° 0’ 58.392” BT
9° 15’ 52.776” LS
Titik acuan di P.Batek
12
36
124° 0’ 28.692” BT
9° 20’ 35.304” LS
Titik acuan di Kab Kupang

Kawasan Konservasi Laut Daerah Alor
Luas: 400008,3 ha (Peraturan Bupati Alor No 6 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Alor No 12 Tahun 2006 Tentang Penetapan Selat Pantar Sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah) Wilayah:  Meliputi 14 kecamatan, yaitu Kecamatan teluk Mutiara (501), Kecamatan Alor Barat Laut (502), Kecamatan Alor Barat Daya (503), Kecamatan Alor Selatan (504), Kecamatan Pantar (506), Kecamatan Alor Tengah Utara (507), Kecamatan Pantar Barat (509), Kecamatan Pulau Pura (510), Kecamatan Kabola (511), Kecamatan Mataru (512), Kecamatan Pantar Timur (514), Kecamatan Pantar Tengah (515), Kecamatan Pantar Barat Laut (516), Kecamatan Lembur (517).

Gambar 6 :  Peta dan batas wilayah KKLD Alor
Keterangan :
Tabel 2 : Batas Wilayah KKLD Alor
No
Bujur
Lintang
1
123°52’ 21,432” BT
8°20’ 25,368” LS
2
123°58’ 29,568” BT
8°17’ 34,62” LS
3
123°59’ 20,688” BT
8°14’ 0,96” LS
4
123°58’ 2,748” BT
8°11’ 28, 68” LS
5
123°58’ 2,820” BT
8°3’ 25,308” LS
6
124°46’ 14,268” BT
8°3’ 22,356” LS
7
124°46’ 14,844” BT
8°8’ 47,04” LS
8
124°46’ 15,420” BT
8°24’ 7,38” LS
9
123°46’ 13,944” BT
8°36’ 10,836” LS
10
123°45’ 4,572” BT
8°36’ 21,168” LS
11
123°45’ 4,572” BT
8°26’ 35,736” LS
12
123°48’ 12,516” BT
8°20’ 51,576” LS
Perluasan Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Pantar mempunyai tujuan:
Mendukung pengelolaan stok yang meliputi tahapan kehidupan tertentu (tempat berlindungnya larva/Larva Nursery Grounds), fungsi-fungsi kritis populasi yang diekploitasi (daerah makan/feeding grounds, Dearah pemijahan/spawning grounds), berpindah-pindahnya (spillover) jenis-jenis yang dieksploitasi, pusat dispersi untuk perekrutan larva jenis-jenis yang dieksploitasi Mendukung stabilitas perikananPengganti ekologi yang hilang karena dampak ekosistem dan Meningkatkan hasil sosial ekonomi masyarakat.

Fasilitator Pengelolaan TNP Laut Sawu
Tim Pengkajian Penetapan dan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (P4KKP) Laut Sawu menggelar training of trainer (TOT) bagi fasilitator konsultasi publik pengelolaan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu.

DAFTAR PUSTAKA
tnplautsawu.net/
http://www.google.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar