Selasa, 16 April 2013

PROFIL MENEGAK SUHU DAN LAPISAN TERMOKLIN


NAMA : ALAN SUPARTA
NIM           : 4443112081

PROFIL MENEGAK SUHU DAN LAPISAN TERMOKLIN

PENDAHULUAN
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C.  Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik
Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang sangat ekstrim. Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi. Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan Sipora 25-27°C, Perairan Pagai Selatan 21-23°C.
Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut.
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan telur. Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda untuk setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan ; suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu, peningkatan aktivitas metabolisme ikan, penurunan gas (oksigen) terlarut, efek pada proses reproduksi ikan, suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan. (Anonim, 2009. SITH ITB).
Lapisan Thermocline (termoklin) adalah lapisan yang membagi 2 massa air di perairan, lapisan ini merupakan lapisan pembatas antara air yang berada di permukaan dan yang berada di bawahnya, pada umumnya lapisan ini memiliki flukstuasi suhu yang sangat tajam dibandingkan dengan lapisan air lainnya .

LANGKAH KERJA
Langkah kerja yang harus di lakukan atau yang harus dipersiapkan yaitu pertama persiapkan terlebih dahulu laptop dan hidupkan, kemudian buka ODV 4 yang sudah terinstal, lalu klik file kemudian pilih New selanjutnya di Create New Collection, lalu tulis nama file yang akan kita buat, kemudian muncul Creating Collection pilih yang paling bawah yaitu Word Ocean Database kemudian Oke, lalu pada Select Template File tulis nama yang tadi kita buat kemudian Oke, sesudah muncul gambar kemudian perkecil gambar sampai 2 kali percobaan, kemudian klik View lalu layout template kemudian pilih 1 STATION Window kemudian klik, kemudian pilih Temperature lalu klik di daerah yang hendak kita amati.

HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
 Gambar 1 profil menegak suhu berdasarkan kedalaman perairan di stasiun 1,2,3,4, dan 5
3.2. pembahasan
Gambar 1 menunjukan bahwa pada stasiun 1 yang berwarna biru terjadi penurunan suhu seiring dengan bertambahnya kedalaman. Suhu permukaannya sebesar 26.64ºc dan terus berkurang hingga 12.59°c pada kedalaman 261 m. lapisan termoklin terjadi pada kedalaman 41-170 m dimana terjadi penurunan suhu yang drastis dari 25.05°c menjadi 18.00°c . Ini membuktikan bahwa suhu diperairan semakin dalam semakin menurun.

KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa untuk lapisan termoklin yaitu pada kedalaman 41-170 m dengan suhu permukaan 26.64ºc.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air Kualitas Air Dan Pengukurannya.

Anonim 2. 2008. Media Budi Daya Ikan.





Sabtu, 13 April 2013

LAPORAN ISOLASI BAKTERI


ABSTRAK
Media agar merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi terpisah-pisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan padamedium disebut inokulum, dengan menginokulasi medium agar nutrient dengan metode cawan gores atau media cawan tuang, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18-24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme, praktikum ini yang bertujuan mengetahui cara mengisolasi bakteri dari lingkungan akuatik dengan hasil yang diperoleh 143 koloni, dengan perhitungan 1,43  x 10 cfu/ml.
Kata Kunci : Media Agar, Mikroorganisme, Inokulum.
PENDAHULUAN
Latar  Belakang
 Mikroorganisme terdapat dimana-mana didalam lingkungan kita mereka ada pada tubuh kita, didalam tubuh kita, dan disekeliling kita. Mereka merupakan komponen penting dalam ekosistem. Dihabitat alamiahnya, mereka hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mokroorganisme, bersama spesies-spesies biologi lainnya. Didalam komunitas ini, satu spesies mikroba dapat mempengaruhi spesies lain dengan  berbagai cara-cara beberapa bersifat menguntungkan beberapa merugikan ( Pelezar, 1988 ).
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, dan udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya sangat berupa bakteri, kamir, kapang, dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di lingkungan ini sangatlah beranekaragam sehingga dalam mengisolasi diperlukanbeberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni mikroba yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuanpenelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikrobatelah resisten terhadap suatu antibiotik, atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon. (Ferdiaz, 1992).
Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuanagan, cara penggesekan, atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. (Waluyi,2007).



Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mikrobiologi adalah agar mahasiswa mengetahui cara mengisolasi bakteri dari lingkungan akuatik.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
            Kegiatan praktikum Mikrobiologi Perairan mengenai Isolasi Bakteri dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 5 April 2013 tepatnya pukul 15.30 WIB. Adapun tempat pelaksanaan di labotarium Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang Banten.
Alat dan Bahan
            Dalam kegiatan praktikum Mikrobiologi Perairan mengenai Isolasi Bakteri, adapun alat yang digunakan seperti tabung reksi, rak tabung, pipet tetes, Bunsen burner, cawan petri, semprotan alcohol . Kemudian menggunakan bahan seperti larfis, alcohol, akuades, larutan mikrobiologi (insang).
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam mengisolasi bakteri adalah dengan menggunakan 5 tabung reaksi kemudian masukan  0,9 ml  larfis kedalam masing-masing tabung reaksi, lalu ambil 0,1 ml bakteri  yang di biakan masukan kedalam  tabung reaksi (kocok), tahap selanjutnya  ambil bakteri  0,1 ml dari tabung reaksi  I ke tabung reaksi II (kocok), kemudian ambil bakteri  0,1 ml dari tabung reaksi  II  ke tabung reaksi III  (kocok), selanjutnya ambil bakteri  0,1 ml dari tabung reaksi  III ke tabung reaksi  IV (kocok) lalu ambil bakteri  0,1 ml dari tabung reaksi  IV ke tabung reaksi V  (kocok), kemudian masukan dalam cawan petri, lalu sebar dengan batang penyebar kemudian tutup dan panas kan dan tahap terakhir  tutup dengan cling war.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Perhitungan Koloni

Kelompok                               Jumlah Koloni
1                                                                             83
2                                                                             58
3                                                                             96
4                                                                             127
5                                                                             143
6                                                                             96

Pembahasan
MENGHITUNG JUMLAH KOLONI :
∑ koloni
                        Factor pengenceran X Volume yang disebar                        
 :                      143
         10-5 X 10-1
:           1, 43 x 10 cfu/ml
            Dari hasil mengisolasi bakteri yang dilakukan pada minggu kemarin didapatkan hasil yang berbeda pada setiap kelompok, kelompok yang jumlah koloninya yang paling banyak  adalah  pada kelompok 5 dengan 143 koloni dan yang paling sedikit yaitu pada kelompok 2 dengan 58 koloni. Hasil perhitungan jumlah koloni pada kelompok 5 adalah 1, 43 x 10 cfu/ml
KESIMPULAN
Kesimpulan
Proses  isolasi  bakteri  dengan metode penggoresan diperlukan keahlian dalam menggores media agar didapatkan biakan murni bakteri yang diinginkan, karena penggoresan yang semakin  melemah pada setiap  kuadranya akan menyaring atau mengisolasi secara tidak langsung pada jenis bakteri tertentu sehingga metode ini akan memperoleh biakan murni pada satu  titik pada kuadran emapat, Adapun metode yang digunakan selalu memperhatikan kesterilan lingkungan, media, dan alat goresnya agar tidak terjadi kontaminasi, sehingga pada metode ini cawan dan Jarum ose selalu didekatkan Bunsen atau dipanaskan pada Bunsen.
Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan prosedur kerja sekaligus perhitungan dari masing kelompok agar hasil yang di dapatkan optimal .

DAFTAR PUSTAKA

Anguirre, M and M. Colins. 1993. Lactic acid bacteria and human clinicalinfection.
Journal of Applied Bacteriology  75: 95-107.

Insaniyah, Siti A.2009.Laporan Praktikum Mikrobiologi Media Biakan  Bakteri.
Jurusan  Pendidikan  Biologi  UIN Bandung: Bandung.

Pelczar, M dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press:Jakarta.

Sulistinah, N. 2006.Mikroba Pentranformasi Adiponitril di Palembang. Jurnal
Lembaga  Ilmu  Pengetahuan  Indonesia : 1-8 

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.

Sutedjo. 1991.Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta: Jakarta.