Kenapa
Zooxanthellae bersimbiosis dengan terumbu karang ?
Zooxanthellae (Yunani
: Alga hewan kuning cokat) adalah sebuah istilah yang merujuk pada sekelompok
dinoflagellata yang berasal dari perubahan evolusi yang berbeda yang terjadi
dalam simbiosis dengan invertebrata laut.
1. Dinoflagellata
1. Dinoflagellata
Dinoflagellata adalah
organisme aneh dan kelompok organisme yang menakjubkan: beberapa anggotanya 10
adalah autothrophik (memperoleh sumber energi dari cahaya matahari dan
membentuk karbon organic melalui proses fotosintesis. Sementara yang lainnya
adalah organism heterotrop yang mendapatkan sumber energi dari bahan organic
melalui pemangsaan terhadap organisme lain (Anonimus, 2010 a; Barnes, 1987).
Diyakini bahwa seluruh zooxanthella memiliki spesies yang sama, Symbiodinium microadriaticum (Rowan dan Powers, 1991). Namun akhir-akhir ini zooxanthella berbagai macam coral telah ditemukan tidak kurang dari 10 taxa alga (Anonimus, 2010 b), sedangkan menurut Anonimus (2010 a) setidaknya 17 taxa alga. Dinoflagellata fotosintetik memiliki pigmen unik (diadinoxanthin, peridinin) dan enzim fotosintetik.
2. Single cell / unicellular
Diyakini bahwa seluruh zooxanthella memiliki spesies yang sama, Symbiodinium microadriaticum (Rowan dan Powers, 1991). Namun akhir-akhir ini zooxanthella berbagai macam coral telah ditemukan tidak kurang dari 10 taxa alga (Anonimus, 2010 b), sedangkan menurut Anonimus (2010 a) setidaknya 17 taxa alga. Dinoflagellata fotosintetik memiliki pigmen unik (diadinoxanthin, peridinin) dan enzim fotosintetik.
2. Single cell / unicellular
Zooxnthella tidak
hanya di temukan dalam bentuk satu sel (singular) namun juga dalam bentuk
banyak sel/lebih dari satu sel (prural) disebut juga zooxanthellae. Konsentrasi
pada tubuh koral dari alga ber-sel tunggal ( Zooxanthellae ) ini bisa mencapai
30.000 per milimeter kubik.
3. Berwarna kuning kecoklatan
3. Berwarna kuning kecoklatan
Zoozanthella
merupakan alga cokllat yang mempunyai pigmen coklat dan kuning.
Zooxanthellae bertanggung jawab untuk warna yang unik dan indah banyak karang batu. Kadang-kadang ketika karang menjadi stres fisik, polip mengusir sel-sel alga dan koloni mengambil penampilan putih mencolok. Hal ini biasanya digambarkan sebagai "pemutihan karang" (Barnes, RSK dan Hughes, 1999; Lalli dan Parsons, 1995). Jika polip pergi terlalu lama tanpa zooxanthellae, pemutihan karang dapat mengakibatkan kematian karang.
Zooxanthellae bertanggung jawab untuk warna yang unik dan indah banyak karang batu. Kadang-kadang ketika karang menjadi stres fisik, polip mengusir sel-sel alga dan koloni mengambil penampilan putih mencolok. Hal ini biasanya digambarkan sebagai "pemutihan karang" (Barnes, RSK dan Hughes, 1999; Lalli dan Parsons, 1995). Jika polip pergi terlalu lama tanpa zooxanthellae, pemutihan karang dapat mengakibatkan kematian karang.
4. Ukuran 8-14 mikron
Zooxantella juga
merupakan hewan mikroskopis, ukurannya berkisar antara 8-14 mikron maka dari
itu disebut mikroskopis dan jumlahnya dilautan sangat banyak dan melimpah
jutaan hingga milyaran tak berhingga.
5. Simbiosis: Coccoid phase
5. Simbiosis: Coccoid phase
Dinoflagellata yang
hidup bebas dapat terjadi dalam fase Coccoid yang nonmotil dan tidak memiliki
flagel atau sebagai dinomastigote yaitu fase dimana memiliki dua flagel dan memiliki
sifat berenang. Sehingga pada fase ini zooxanthella melepaskan flagella, maka
dia tidak motil dan aktif, aktifitas yang dilakukan hanya yang bersifat
ditempat seperti bereproduksi.
6. Dialam: motile phase
6. Dialam: motile phase
Ketika berada dilaut
lepas dikatakan fase motil, yaitu fase dimana terdapat flagella yang dapat
dengan bebas digunakan untuk pergerakan diperairan.
7. Endosymbiotic
7. Endosymbiotic
Dikatakan
endosymbiotic karena proses simbiosis antara zooxanthella dan karang yang
terbentuk tersebut terjadi di dalam lapisan tubuh karang yang terdalam yaitu
dilapisan gastrodermis/endodermis.
8. Bersimbiosis dengan: protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes dan moluska
8. Bersimbiosis dengan: protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes dan moluska
Zooxanthellae
bersimbiosis dengan hewan laut, seperti :
• Anemon
• Kima raksasa
• Gorgonia karang atau penggemar laut
• Soft karang
• Laut cambuk
• Nudibranch
• Ubur-ubur
Kima Tridacna, menyimpan zooxanthellae di kaos luarnya
Dalam asosiasi ini, karang mendapatkan sejumlah keuntungan berupa :
1. Hasil fotosintesis, seperti gula, asam amino, dan oksigen
2. Mempercepat proses kalsif ikasi yang menurut Johnston terjadi melalui skema:
— Fotosintesis akan menaikkan PH dan menyediakan ion karbonat lebih banyak
— Dengan pengambilan ion P untuk fotosintesis, berarti zooxanthellae telah menyingkirkan inhibitor kalsifikasi.
9. Diperoleh dari: Induk, melalui telur Alam (air sekitarnya)
• Anemon
• Kima raksasa
• Gorgonia karang atau penggemar laut
• Soft karang
• Laut cambuk
• Nudibranch
• Ubur-ubur
Kima Tridacna, menyimpan zooxanthellae di kaos luarnya
Dalam asosiasi ini, karang mendapatkan sejumlah keuntungan berupa :
1. Hasil fotosintesis, seperti gula, asam amino, dan oksigen
2. Mempercepat proses kalsif ikasi yang menurut Johnston terjadi melalui skema:
— Fotosintesis akan menaikkan PH dan menyediakan ion karbonat lebih banyak
— Dengan pengambilan ion P untuk fotosintesis, berarti zooxanthellae telah menyingkirkan inhibitor kalsifikasi.
9. Diperoleh dari: Induk, melalui telur Alam (air sekitarnya)
Sebagai contoh Bytell
menemukan bahwa untuk zooxanthellae dalam Acropora palmata suplai nitrogen
anorganik, 70% didapat dari karang (lihat Tomascik et al. 1997). Anorganik itu
merupakan sisa metabolisme karang dan hanya sebagian kecil anorganik diambil
dari perairan.
Dari reproduksi secara seksual, karang akan mendapatkan zooxanthellae langsung dari induk atau secara tidak langsung dari lingkungan. Sementara dalam reproduksi aseksual, zooxanthellae akan langsung dipindahkan ke koloni baru atau ikut bersama potongan koloni karang yang lepas.
Setelah beberapa zooxanthellae memasuki tubuh hewan tempat mereka mereka dapat dengan cepat membangun populasi mereka dengan memisahkan dua. Hal ini berarti normal reproduksi
10. Sumber energi hewan inang
Dari reproduksi secara seksual, karang akan mendapatkan zooxanthellae langsung dari induk atau secara tidak langsung dari lingkungan. Sementara dalam reproduksi aseksual, zooxanthellae akan langsung dipindahkan ke koloni baru atau ikut bersama potongan koloni karang yang lepas.
Setelah beberapa zooxanthellae memasuki tubuh hewan tempat mereka mereka dapat dengan cepat membangun populasi mereka dengan memisahkan dua. Hal ini berarti normal reproduksi
10. Sumber energi hewan inang
Ada pendapat para
ahli yang mengatakan bahwa hasil fotosintesis zooxanthellae yang dimanfaatkan
oleh karang, jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan proses respirasi karang
tersebut (Muller-Parker & D’Elia 2001). Sebagian ahli lagi mengatakan
sumber makanan karang 75-99% berasal dari zooxanthellae (Tucket & Tucket
2002). Zooxanthellae memasok karang dengan glukosa, gliserol, dan asam amino,
yang merupakan produk fotosintesis.
Zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang. Jenis Zooxanthellae yang berbeda dapat menghadapi tingkat tekanan yang berbeda pula dan beberapa zooxanthellae telah menunjukkan dapat beradaptasi kepada beberapa jenis jenis karang tertentu. Biasanya mereka ditemukan dalam jumlahbesar dalam setiap polip, hidup bersimbiosis, memberikan : warna pada polip, energi dari fotosintesa dan 90% kebutuhan karbon polip.
11. Berperan dalam produktivitas perairan
Zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang. Jenis Zooxanthellae yang berbeda dapat menghadapi tingkat tekanan yang berbeda pula dan beberapa zooxanthellae telah menunjukkan dapat beradaptasi kepada beberapa jenis jenis karang tertentu. Biasanya mereka ditemukan dalam jumlahbesar dalam setiap polip, hidup bersimbiosis, memberikan : warna pada polip, energi dari fotosintesa dan 90% kebutuhan karbon polip.
11. Berperan dalam produktivitas perairan
Hubungan antara koral
dan zooxanthellae adalah simbiosis mutualisme. Zooxanthellae menyediakan
makanan untuk polip karang melalui proses memasak yang disebut fotosintesis,
sedangkan polip karang menyediakan tempat tinggal yang aman dan terlindung
untuk zooxanthellae.
Bagi zooxanthellae, karang adalah habitat yang baik karena merupakan pensuplai terbesar zat anorganik untuk fotosintesis.
Zooxanthella mempercepat pembentukan skeletal dalam bangunan terumbu karang melalui sebuah fenomena yang disebut “light enhanced calcification”. Zooxanthella memiliki peran ganda dalam menjelaskan keberhasilan terumbu karang pertama, melalui kontribusinya pada sumbangan energi bagi coral (coral’s energy budget) dan kedua, melalui percepatan laju kalsifikasi dan tentu saja laju pertumbuhannya dalam kompetisi dengan organisme bentik lain.
12. Reproduksinya membelah
Bagi zooxanthellae, karang adalah habitat yang baik karena merupakan pensuplai terbesar zat anorganik untuk fotosintesis.
Zooxanthella mempercepat pembentukan skeletal dalam bangunan terumbu karang melalui sebuah fenomena yang disebut “light enhanced calcification”. Zooxanthella memiliki peran ganda dalam menjelaskan keberhasilan terumbu karang pertama, melalui kontribusinya pada sumbangan energi bagi coral (coral’s energy budget) dan kedua, melalui percepatan laju kalsifikasi dan tentu saja laju pertumbuhannya dalam kompetisi dengan organisme bentik lain.
12. Reproduksinya membelah
Zooxanthellae dapat
berada dalam karang dalam sel gastrodermal polip dan tentakel (Levinton, 1995),
terjadi melalui beberapa mekanisme terkait dengan reproduksi karang. Setelah beberapa
zooxanthellae memasuki tubuh hewan tempat mereka mereka dapat dengan cepat
membangun populasi mereka dengan memisahkan (membelah) menjadi dua sel dan
berkelanjutan hingga menjadi beberapa sel. Hal ini berarti menunjukkan
reproduksi yang berlangsung normal. Berikut gambar proses pembelahan selnya :
Proses tejadinya,
Zooxanthellae ini
melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan
karang. Di lain fihak, hewan karang memberikan tempat berlindung bagi
zooxanthellae. Dalam ekosistem terumbu karang ada karang yang keras dan lunak.
Karang batu adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya zat kapur yang
dihasilkan oleh binatang karang. Melalui proses yang sangat lama, binatang
karang yang kecil (polyp) membentuk kolobi karang yang kental, yang sebenarnya
terdiri atas ribuan individu polyp. Karang batu ini menjadi pembentuk utama
ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang
sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan
lingkungan.
Manfaat,
Ø Manfaat Karang
1.
MANFAAT EKOLOGI
a. Penunjang Kehidupan
Oleh karena terumbu karang merupakan
suatu ekosistem, maka ia menunjang kehidupan berbagai jenis makhluk hidup yang
ada di sekitar terumbu karang. Dengan adanya terumbu karang maka tumbuhan
dan hewan laut lainnya dapat tinggal, mencari makan dan berkembang biak di
terumbu karang.
Contohnya hewan-hewan laut seperti lili
laut, kerang, cacing, dan tumbuhan alga dapat menempel pada koloni karang
keras. Ikan-ikan dapat mencari makan dan bersembunyi dari incaran hewan
pemangsa di balik koloni karang keras.
b.
Mengandung Keanekaragaman Hayati yang Tinggi
Jika hutan hujan tropis memiliki
biodiversitas tertinggi dibandingkan ekosistem lainnya dalam tingkatan spesies,
terumbu karang memiliki biodiversitas tertinggi dalam tingkatan filum.
Terumbu karang juga merupakan ekosistem dengan biodiversitas tertinggi dibandingkan
ekosistem pesisir dan laut lainnya, dalam unit skala tertentu. Artinya
dalam luas 1 km2 di wilayah terumbu karang mengandung lebih
banyak spesies dibandingkan dengan 1 km2 di wilayah laut dalam.
Terumbu karang di Indonesia terkenal
dengan kekayaan dari biodiversitasnya. Dari sekitar 800 spesies karang
keras yang berhasil diidentifikasi di dunia, sekitar 450 di antaranya ditemukan
di Indonesia. Spesies ikan karang Indonesia sendiri mencapai lebih
dari 2.400 spesies (Tomascik dkk., 1997).
Mengapa biodiversitas menjadi
penting ? Dengan memiliki biodiversitas yang tinggi, maka itu akan
menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies. Dengan adanya
keanekaragaman genetik yang tinggi maka akan ditemukan banyak variasi dalam
makhluk hidup sehingga tingkat ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan
bertahan hidup suatu makhluk hidup dapat menjadi lebih tinggi. Selain itu
dengan begitu banyaknya spesies maka akan dapat dimanfaatkan untuk sebagai
sumber pangan dan obat-obatan.
c.
Pelindung Wilayah Pantai
Terumbu karang, padang lamun dan
hutan bakau merupakan ekosistem yang saling berhubungan. Terumbu
karang-lah yang pertama kali menghalau ombak besar dari laut, agar tidak
merusak daratan. Kemudian ombak tiba di padang lamun maka energinya akan
diperkecil lagi oleh daun-daun tumbuhan lamun. Ketika ombak tiba di dekat
pantai, maka akar dan batang pohon-pohon mangrove akan memperkecil lagi energi
ombak, sehingga ombak tidak merusak pantai. Dengan demikian kehidupan di
sekitar pantai akan terlindung. Terumbu karang bermanfaat dalam
menghalangi pengikisan akibat energi ombak dan arus, sehingga masalah abrasi
pantai akan lebih mudah diatasi.
d.
Mengurangi Pemanasan Global
Mungkin kita telah mengetahui bahwa
hutan hujan tropis merupakan “paru-paru dunia” dimana menyerap gas CO2 hasil
pembakaran sehingga mengurangi pemanasan pada bumi. Terumbu karang pun
dinilai memiliki peran yang sama, karena gas CO2 juga banyak
diserap oleh air laut, dan selanjutnya melalui reaksi kimia dan bantuan karang,
akan diubah menjadi zat kapur yang menjadi bahan baku terumbu (Muller-Parker
& D’Elia, 1997). Dalam proses yang disebut kalsifikasi ini, karang
juga dibantu oleh zooxanthellae (tumbuhan bersel satu yang hidup di dalam
jaringan tubuh karang). Bagaimana hal itu dapat terjadi akan diterangkan
di bagian Biolog Karang.
2. MANFAAT
EKONOMI
a. Sumber
Makanan
Di terumbu karang kita dapat menemui banyak
sekali jenis tumbuhan dan hewan laut yang dapat kita manfaatkan sebagai sumber
makanan. Contohnya alga atau rumput laut yang dapat kita jadikan
agar-agar. Selain itu berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan teripang
merupakan sumber protein. Dari 1 km2 terumbu karang yang sehat dapat
diperoleh sekitar 20 ton ikan yang cukup untuk memberi makan sekitar 1.200
orang setiap tahunnya (Burke dkk.,
2002). Cesar (1996) menyebutkan 5 – 10 % hasil perikanan laut berasal
dari terumbu karang.
b. Sumber Bahan Dasar Untuk Obat-obatan dan Kosmetika
Beberapa jenis dari alga atau rumput laut,
dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk keperluan kosmetik (dijadikan sabun),
dan juga untuk membalut kapsul obat. Selain itu hewan laut seperti spon
dan tunicata (Ascidian) yang ada di terumbu karang, diketahui memiliki senyawa
kimia yang berguna untuk bahan antibiotika, anti radang, dan anti kanker.
Namun demikian, masih banyak potensi biota laut bagi industri obat dan bahan
kimia, yang belum digali.
c. Sebagai
Objek Wisata
Terumbu karang juga memiliki keindahan karena
adanya berbagai jenis karang, ikan, lili laut, teripang, kerang-kerangan, siput
laut, dan lain sebagainya, yang membuat takjub para wisatawan. Terumbu
karang dapat menjadi objek wisata melalui kegiatan snorkeling, menyelam,
ataupun hanya melihat keindahannya dari atas kapal yang dilengkapi kaca pada
lantainya (glass bottom boat).
d. Sebagai
Sumber Mata Pencaharian
Adanya terumbu karang dapat menunjang
perekonomian masyarakat di sekitarnya. Masyarakat memiliki lapangan
pekerjaan sebagai nelayan. Apabila terumbu karang dikembangkan menjadi
suatu objek wisata yang mengundang banyak turis, maka masyarakat dapat menjadi
menjadi pemandu wisata, membuka usaha warung makanan, menyewakan penginapan,
menyewakan kapal, menjual cenderamata ke turis, dan lain sebagainya.
e. Sebagai
Sumber Bibit Budidaya
Berbagai jenis ikan, teripang dan rumput
laut, yang ada di terumbu karang, dapat dijadikan bibit untuk usaha
budidaya. Contohnya ikan kerapu, ikan kakap, rumput laut dari Marga Eucheuma dan Gracilaria, dan teripang dari
Marga Holothuria.
3. MANFAAT
SOSIAL
a. Menunjang
Kegiatan Pendidikan dan Penelitian
karang dapat menjadi sarana yang ideal bagi
kegiatan pendidikan untuk mengenal ekosistem pesisir, mengenal tumbuhan dan
hewan laut, dan pendidikan cinta alam. Antara lain karena terumbu karang
ada di perairan yang dangkal, sehingga mudah dijangkau, dan memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga banyak biota laut yang dapat kita
amati.
Selain itu terumbu karang juga berperan
sebagai sarana penelitian. Untuk melindungi terumbu karang dan biota laut
yang hidup di dalamnya, serta untuk dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan di
terumbu karang, maka perlu adanya berbagai jenis penelitian. Apabila kita
ingin mejaga kelestarian terumbu karang, maka kita perlu meneliti faktor apa
saja yang dapat mengancam kelestariannya, dan bagaimana memulihkan terumbu
karang yang terganggu, sehingga kita dapat melakukan upaya-upaya yang
diperlukan. Demikian pula apabila kita ingin melindungi satu jenis
spesies di terumbu karang maka kita perlu meneliti cara hidup spesies tersebut,
apa saja yang dimakannya, bagaimana cara berkembang biaknya, dan lain
sebagainya.
b. Sebagai
Sarana Rekreasi Masyarakat
Terumbu karang dengan segala keindahannya
dapat dijadikan sarana rekreasi keluarga untuk melakukan aktivitas renang, dan
lain sebagainya.
Ø Manfaat Alga,
1.Sumber Utama Energi dan
Makanan
Menurut BOLD & WYNNE dalam SHARMA (1992),
salah satu manfaat algae yang sangat penting adalah sebagai penghasil utama
bahan organik di dalam ekosistem perairan. Dalam ekosistem perairan, keberadaan
algae merupakan bagian utama dari rantai makanan. Hal ini berkaitan dengan
aktivitas fotosintesis yang terjadi pada algae. Sebab aktivitas fotosintesis
merupakan sumber oksigen terhadap lingkungan perairan di sekitarnya, di mana
akan memberikan keuntungan secara langsung terhadap organisme lainnya yang
hidup dalam air.
Proses fotosintesis dapat berlangsung dalam ekosistem
perairan karena adanya sinar matahari. Sebagaimana kita ketahui bahwa semua
energi berasal dari matahari dan hanya tumbuh-tumbuhan hijau yang dapat
mengubah energi tersebut menjadi makanan hewan. Itulah sebabmya, kehidupan
hewan dalam air sangat tergantung pada algae yang merupakan sumber utama energi
dan makanan.
2. Makanan Manusia
Sejak ratusan tahun yang lalu, lebih dari 100 jenis algae
(terutama algae coklat dan al-gae merah) telah digunakan sebagai bahan makanan
di berbagai belahan dunia. Selain itu, beberapa jenis dari algae hijau juga
telah digunakan sebagai bahan makanan sebab mengandung sejumlah mineral,
vitamin, karbohidrat dan protein. Zat-zat makanan tersebut dapat ditemukan baik
dalam dinding sel maupun dalam sitoplasma (SHARMA, 1992).
Beberapa algae terpenting yang biasa
digunakan untuk bahan makanan adalah sebagai berikut :
1. Algae coklat (Phaeophyceae)
Algae
coklat yang banyak digunakan sebagai bahan makanan adalah Alaria,
Lami-naria, Sargassum, dan Durvillea.
a. Laminaria.
Di Jepang makanan yang berasal dari Laminaria disebut
"kombu". Laminaria memiliki kandungan Fe dan protein yang
tinggi, serta vitamin A dan C. Selain Jepang, Amerika Serikat dan Korea juga
menggunakan Laminaria sebagai sup dan acar (CHAPMAN & CHAPMAN,
1980).
b. Alaria.
Di Jepang makanan yang berasal Alaria disebut "sarumen". Alaria
memiliki kandungan vitamin B6 dan K yang tinggi. Alaria juga
digunakan sebagai bahan makanan di Amerika Serikat, Inggris dan Islandia
(CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
c. Durvillea.
Di Amerika Selatan, Durvillea yang dipanen dari alam diolah dengan
cara dikeringkan dan digarami, lalu dipasarkan dengan nama
"cachiyugo". (SHARMA, 1992).
d. Sargassum.
Sargassum merupakan salah satu sumber yodium, vitamin C, protein dan asam
folat. Sargassum digunakan sebagai bahan makanan di Jepang dan Korea
(TRONO et al, 1998; CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
Menurut
PRESCOTT dalam SHARMA (1992), zat-zat makanan terpenting yang terdapat dalam
algae coklat terdiri dari protein (meliputi 17 asam amino), lemak dan
karbohidrat. Beberapa jenis mineral juga terdapat pada algae coklat, misalnya
karotena, tiamin dan subflavin.
2. Algae merah (Rhodophyceae)
Algae
merah yang banyak digunakan sebagai bahan makanan adalah Porphyra, Palmaria,
Chondrus, Gigartina dan Rhodymenia.
a. Porphyra
merupakan algae merah yang sangat penting sebagai bahan makanan. Berbagai
jenis makanan yang berasal dari Porphyra seperti "nori" di
Jepang, "laver" di Inggeris dan Amerika Serikat, "sloke" di
Skotlandia, dan "luche" di bagian Selatan Chili. Porphyra memiliki
kandungan pro tein, vitamin A dan C yang sangat tinggi. Di Jepang sendiri,
lebih dari 29,5 juta kg Porphyra digunakan setiap tahun. (SHARMA, 1992;
CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
b. Palmaria
untuk bahan makanan.juga diperdagangkan dengan berbagai merek, seperti
"dulse" di Kanada, "sol" di Islandia telah digunakan
sebagan bahan makanan sejak abad ke 18, "dillisk" di Irlandia,
"nibble"di Kanada yang merupakan bahan campuran bir, sedangkan di
Rusia difermentasi menjadi minuman beralkohol (SHARMA, 1992; CHAPMAN &
CHAPMAN, 1980)..
c. Chondrus
crispus yang secara umum dikenal sebagai "Irish moss" digunakan
dalam pembuatan es krim dan berbagai jenis makanan lainnya. Chondrus crispus
memiliki kandungan vitamin A yang tinggi dan digunakan sebagai bahan
makanan di Amerika Serikat, Islandia dan Perancis. Sedangkan di Jepang, jenis
yang digunakan adalah Chondrus ocellatus (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
d. Gigartina
papillata. Di Islandia, Gigartina papillata digunakan untuk
pembuatan puding. Gigartina papillata memiliki kandungan vitamin C yang
tinggi (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
e. Rhodymenia
palmata. Algae jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan makanan oleh
nelayan yang dikenal dengan nama "dulse" (SHARMA, 1992).
3. Algae hijau (Chlorophyceae)
Algae hijau terpenting yang banyak
digunakan untuk bahan makanan seperti
Monostroma, Ulva, Codium dan Chlorella.
a. Monostroma
digunakan sebagai bahan makanan yang banyak ditemukan di Jepang dengan nama
"aonori"(SHARMA, 1992). Di Taiwan Monostroma digunakan sebagai
sup (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
b. Ulva.
Seperti halnya dengan Durvillea, Ulva yang telah dikeringkan dan
digarami diperdagangkan dengan nama "cachiyugo". Selain itu Ulva juga
digunakan sebagai salad dan sup. Ulva memiliki kandungan Fe yang sangat
tinggi. Ulva banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan di China, Filipina,
Chili dan Hindia Barat (SHARMA, 1992; CHAPMAN & CHAPMAN, 1980). Selain itu,
Ulva juga merupakan sumber vitamin C, pro tein, asam folat dan beberapa
jenis mineral, seperti : Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe dan Zn (TRONO etal, 1998).
c. Codium.
Di Jepang dan Korea, Codium fragile digunakan sebagai salad, sup dan
manisan. Codium fragile memiliki kandungan Fe yang tinggi (CHAPMAN &
CHAPMAN, 1980).
d. Chlorella
diketahui memiliki kandungan lipid dan protein yang tinggi. Menurut
PRESCOTT dalam SHARMA (1992), kandungan lipidnya mencapai 8,5% dari
beratkering. Protein Chlo rella mengandung semua asam-asam amino
esensial. Oleh karena itu Chlorella dapat digunakan sebagai bahan
makanan untuk penerbangan ruang angkasa. Walaupun Chlorella dapat
digunakan sebagai makanan pengganti di saat krisis, biaya budidayanya sangat
mahal. Menurut THACKER & BABCOCK dalam SHARMA (1992), dari segi
ekonomis produksi Chlorella kurang menguntungkan.
4. Algae hijau-biru (Cyanophyceae)
Algae
hijau-biru yang banyak digunakan untuk bahan makanan adalah Nostoccommune yang
di China dikenal dengan nama "yuyucho". Nostoccommune memiliki
kandungan protein yang tinggi (SHARMA,1992). Selain itu, di Danau Texcoco
(Meksiko) juga ditemukan duajenis algae hijau-biru yang dapat digunakan sebagai
bahan makanan, yaitu Phormidium tenue dan Chroococcus turgidus (ORTEGA
dalam CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
3. Agar
Agar atau sering juga disebut
"agar-agar" merupakan suatu asam sulfurik, ester dari galaktan linear
yang dapat diekstraksi dari beberapa jenis algae merah. Secara umum digunakan
sebagai media budidaya di laboratorium untuk membudidayakan fungi, bakteri dan
beberapa jenis algae, sebab mengandung galaktosa dan sulfat. Penggunaan agar
yang lain adalah sebagai obat pencahar. Selain itu, agar juga sering digunakan
dalam pengepakan makanan kaleng, kosmetik, industri kulit, tekstil, kertas,
fotografi, pembuatan pil dan salep (SHARMA, 1992).Bahkan saat ini agar telah
digunakan dalam pengembangan bioteknologi (AN ULLMAN'S, 1998).
Produksi agar di berbagai belahan dunia menggunakan bahan
baku Gelidium, Gracilaria, Ahnfeltia, Hypnea, Campylaephora, Pterocladia,
Eucheuma, Gigartina, Chondrus, Phyllophora, Acanthophora specifera, Ceramium spp.,
Corallopsis sp. Digenea simplex, Laurencia tropica dan Porphyra
(TRONO et al 1998; PRESCOTT & ROUND dalam SHARMA, 1992).
Bahan baku tersebut sebagian besar masih merupakan hasil panen dari sediaan
alam.
4. Karaginan
Karaginan merupakan senyawa kompleks
yang tersusun oleh D-galaktose-3,6-anhidro-D-galaktose dan monoester asam
sulfat )SHARMA, 1992). Karaginan dapat diekstraksi dari Acantophora
specifera, A. muscoides, Chondrococcus hornemannii, Eucheuma cottonii, E.
isiforme, E. serra, E.spinosum, Galaxaura oblongata, Gigartina, Gymnogongrus sp,
Hypnea cervicornis, H. musciformis, H. valentiae dan Laurencia
papillosa (TRONO et al 1998)
Karaginan digunakan dalam pembuatan pasta gigi, kosmetik,
cat, penghalus dalam industri kulit, tekstil, bir dan industri farmasi. Para
dokter juga menggunakan karaginan dalam mempercepat proses pembekuan darah.
Manfaat lain dari karaginan adalah sebagai penjernih jus, minuman beralkohol
dan gula bit (SHARMA, 1992).
5. Alginat
Derivat-derivat alginat dan asam
alginat diekstraksi dari dinding sel algae coklat. Beberapa jenis algae coklat
yang biasa digunakan sebagai bahan baku pengolahan alginat di berbagai negara,
yaitu Laminaria, Macrocystis, Durvillea, Ascophyllum, Ecklonia, Lossonia,
Fucus, Cystoseira, Eisenia. Cystoseira, Padina, Hormophysa, Sargassum dan Turbinaria
(CHAPMAN & CHAPMAN, 1980; SHARMA, 1992).
Alginat terutama digunakan dalam industri pembuatan ban,
cat, es krim, kain tahan api, dan barang-barang dari plastik. Asam alginat
sangat efektif digunakan dalam menghentikan pendarahan. Derivat-derivat asam
alginat juga digunakan dalam pembuatan sup, krim dan saus (SHARMA, 1992).
6. Funori
Salah satu jenis lem yang berasal dari
algae merah, Gloiopeltis furcata di Jepang dikenal dengan nama
"funori". Funori memiliki day a adhesif yang sangat tinggi, digunakan
untuk kertas dan kain. Secara kimiawi, funori mirip dengan agar, tetapi tidak
mengandung gugus ester sulfat. Beberapa jenis algae yang digunakan untuk bahan
pembuatan funori seperti Ahnfeltia, Chondrus, Grateloupia dan Iridaea
(ROUND dalam SHARMA, 1992).
7. Sumber Mineral
Algae diketahui jugamerupakan sumber
mineral yang sangat penting. Beberapa diantaranya adalah:
a. Yodium diekstraksi dari beberapa jenis al gae, yaitu :
Gloiopeltis furcata, Hijikia fusiforme, Digenea simplex, Ulva lactuca,
Gelidium amansii, Laminaria religosa dan Porphyra tenera (CHAPMAN
& CHAPMAN, 1980).
b. Bromin (3-6%) diekstraksi dari beberapa jenis algae
merah, seperti Polysiphonia, Rhodymenia (SHARMA, 1992).
c. Beberapa jenis algae memiliki kandungan Ca, K, Mg, Na,
Cu, Fe dan Zn yang cukup tinggi, yaitu : Caulerpa lentillifera, Dictyota spp.,Eucheuma
alvarezii, Gracilaria coronopifolia, G. verrucosa, Hypnea cervicornis,
Laurencia tronoi, Sargassum spp., Turbinaria conoides,
Ulvalactuca.(TRONOetal. 1998)
d. Dalam industri pembuatan sabun dan alat- alat gel as,
algae telah digunakan sebagai sumber soda (SHARMA, 1992).
8. Makanan Ternak
Algae merupakan salah satu sumber
makanan pokok beberapa jenis ternak, khususnya di negara-negara maritim. Algae
yang dijadikan makanan ternak terutama dari kelompok algae coklat, algae merah,
dan beberapa jenis algae hijau.
a. Laminaria, digunakan sebagai makanan ternak di
beberapa wilayah di negara Inggris, Finlandia dan Jepang (CHAPMAN &
CHAPMAN, 1980; SHARMA, 1992).
b. Sargassum digunakan sebagai makanan ternak di
beberapa wilayah di negara Inggris, Jepang dan Hongkong (CHAPMAN & CHAPMAN,
1980; SHARMA, 1992)..
c. Ascophyllum digunakan sebagai makanan ternak di
Inggris, Norwegia, Jepang dan Selandia Baru (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980;
SHARMA, 1992).
d. Ayam petelur yang memakan tepung Ascophyllum dan
tepung Fucus akan menghasilkan telur dengan kadar Yodium yang tinggi
(SHARMA, 1992).
e. Sumber makanan untuk ikan "Tilopia" hanya
dari kelompok algae hijau dan algae hijau-biru (SHARMA, 1992).
f. Macrocystis digunakan sebagai makanan ternak
sebab kandungan vitamin A dan E yang cukup tinggi (SHARMA, 1992).
g. Rhodymenia merupakan makanan ternak yang umum
di Perancis. Rhodymenia diketahui memiliki kandungan Bl yang cukup
tinggi (SHARMA, 1992).
h. Di Jepang, Pelvetia digunakan sebagai makanan
sapi (SHARMA, 1992).
9.BahanPupuk
Adanya kandungan fosfor, kalium, dan
beberapa unsur-unsur runut pada makroalgae sehingga beberapa negara di dunia
menggunakannya sebagai bahan pupuk. Makroalgae dicampur dengan bahan-bahan
organik lainnya atau dibiarkan membusuk di tanah.
a. Lithophyllum, Lithothamnion dan Chara digunakan
untuk tanah yang kekurangan kalsium (SHARMA, 1992).
b. Fucus vesiculosus merupakan bahan pupuk yang
umum digunakan di Irlandia untuk tanaman kentang dan kapas. Sedangkan Fucus
serratys digunakan di Inggris untuk tanaman kentang dan brokoli (CHAPMAN
& CHAPMAN, 1980)
c. Produksi padi dapat ditingkatkan menjadi 30% setelah
areal persawahan diinokulasi dengan campuran nitrogen dan algae hijau biru
(SHARMA, 1992).
d. Di beberapa negara yang sedang berkembang, suatu ekstrak
yang dipekatkan yang berasal dari berbagai jenis algae yang berbeda dijual di
pasaran sebagai pupuk cair. Pupuk cair semakin banyak digunakan karena lebih
efisien, dimana dapat langsung diserap tanaman. Penyerapan pupuk cair dapat
melalui daun dan akar tanaman. Beberapa merek pupuk cair yang diekstraksi dari
algae, seperti "Maxicrop" di Inggris dan "Seagro" di
Selandia Baru. Maxicrop telah digunakan diberbagai negara, seperti Aus-tralia,
Bahrain, Kanada, Finlandia, Ghana, Jamaika, Kenya, Malawi, Belgia, Selandia
Baru, Nikaragua, Nigeria, Singapura, Thai-land, Trinidad, USA dan Zambia
(CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
e. Di Alaska (Amerika), penggunaan Alaria fistulosa sebagai
bahan pupuk untuk tanaman kentang terny ata memberikan hasil dengan kualitas
yang sangat memuaskan (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980)
f. Di Selandia Baru, Macrocystis pyrifera, Lessonia
variegata dan Ecklonia radiat merupakan jenis algae yang digunakan
untuk bahan pembuatan pupuk (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980)
g. Di China, Sargassum yang masih segar ataupun yang
telah dikeringkan digunakan untuk pemupukan tanaman kacang dan kentang.
Penggunaan Sargassum sebagai bahan pupuk juga dilakukan di India untuk
tanaman kelapa dan kopi (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
10. Antibiotik
Chlorellin merupakan salah satu
antibiotik yang diperoleh dari Chlorella. Beberapa substansi antibakteri
efektif dalam mencegah pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif
diperoleh dari Ascophyllum nodosum, Rhodomenia larix, Laminaria digitata,
Palveria dan Polysphonia. Antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan
beberapa jenis bakteri, diperoleh dari Nitzschia palea. Antibiotik
tersebut efektif dalam pencegahan Escherichia coll (SHARMA, 1992).
Jenis-jenis algae lainnya yang memiliki khasiat sebagai antibiotik, yaitu Amansia,
Asparagopsis taxiformis, Laurensia obtusa, Ulvapertusa dan Wrangelia (TRONO
etal. 1998).
11. Obat-Obatan lainnya
"Tse-ko-Tsoi" merupakan obat
cacing di Cina Selatan yang berasal dari algae merah Diginea simplex. Sedangkan
fucoidin dan so-dium laminarin sulfat diperoleh dari beberapa jenis algae
coklat digunakan sebagai antikoagulan darah. Beberapa jenis algae juga telah
digunakan dalam pengobatan penyakit ginjal, kandung kemih dan paru-paru
(SHARMA, 1992).
12. Penelitian Biologi
Dalam penelitian biologi (khususnya
fisiologi), pemanfaatan beberapa jenis algae dalam kaitannya dengan proses
fotosintesis. Jenis-jenis algae yang secara luas digunakan adalah Chlorella,
Scenedesmus dan Anacystis (SHARMA, 1992).
13. Penanggulangan Limbah
Penanggulangan limbah merupakan masalah yang
tidak mudah dilakukan. Sumber utama limbah terutama berasal dari buangan rumah
tangga dan industri. Limbah banyak mengandung bahan-bahan organik dan
anorganik, baik yang terlarut maupun yang dalam bentuk padat.
Proses pengelolaan limbah terutama berlangsung dalam suatu
proses aerorik dan proses oksigenasi. Kedua proses ini dapat berlangsung secara
cepat dengan adanya al-gae jenis Chlomydomonus, Chlorella, Euglena, dan Scenedesmus.
Proses aerasi limbah sangat esensial, terutama untuk limbah dalam jumlah
sedikit atau di areal pertambakan untuk menghindari bau yang tak sedap (SHARMA,
1992).
14. Reklamasi Tanah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indone-sia
(DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, 2001), istilah "reklamasi tanah"
diartikan sebagai usaha memperluas tanah (pertanian) dengan memanfaatkan daerah
yang semula tidak berguna (misal dengan cara menguruk daerah rawa-rawa). Salah
satu cara yang sangat efektif dilakukan dalam proses reklamasi tanah adalah
dengan menggunakan algae. Algae mempunyai peranan yang sangat penting terutama
setelah musim hujan, dimana kelompok algae hijau dan algae hijau-biru akan
tumbuh subur. Proses ini akan sangat menguntungkan, sebab dapat mengendalikan
erosi yang timbul akibat terganggunya lapisan tanah (SHARMA, 1992). Pada tanah
alkalin di India Utara misalnya, pertumbuhan algae hijau-biru yang meliputi
areal yang sangat luas seperti dilaporkan oleh SINGH dalam SHARMA (1992)
menyebutkan bahwa proses tersebut akan meningkatkan kandungan nitrogen dan akan
menyebabkan kesuburan tanah menjadi lebih terjaga.
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
DAFTAR PUSTAKA
AN ULLMAN'S ENCYCLOPEDIA. 1998. In-dustrial Organic
Chemicals. Vol. 7. Wiley-VCH New York: 4009 - 4012.
CHAPMAN, V.J. and D.J. CHAPMAN. 1980. Seaweed and
Their Uses. Third edition. Chapman and Hall, New York: 30 - 97.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta: 942.
SHARMA, OP. 1992. Text Book of Algae. Tata
McGraw-Hill Publishing Company Lim-ited, New Delhi: 73 - 79.
TRONO, G.C., Jr. and E.T.G. FORTES. 1988. Philippine
Seaweeds. National Book Store, Inc. Publishers, Metro Manila, Philippines:
199-225.
Anonimus. 2010 a. http://www.columbia.edu/itc/
Anonimus. 2010 b. An Introduction to Coral Reefs. http:// manta.uvi.edu/coralreefer/
Barnes, R. 1987. Invertebrate Zoology; Fifth Edition. Orlando.
Barnes, R. and R. Hughes. 1999. An Introduction to Marine Ecology; Third Edition. Malden, MA: Blackwell Science Publication.
Lalli, C.M., and T. Parsons. 1995. Biological Oceanography: An Introduction. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd.
Levinton, J. S. 1995. Marine Biology: Function, Biodiversity, Ecology. New York: Oxford University Press.
Anonimus. 2010 b. An Introduction to Coral Reefs. http:// manta.uvi.edu/coralreefer/
Barnes, R. 1987. Invertebrate Zoology; Fifth Edition. Orlando.
Barnes, R. and R. Hughes. 1999. An Introduction to Marine Ecology; Third Edition. Malden, MA: Blackwell Science Publication.
Lalli, C.M., and T. Parsons. 1995. Biological Oceanography: An Introduction. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd.
Levinton, J. S. 1995. Marine Biology: Function, Biodiversity, Ecology. New York: Oxford University Press.
http://kvp2131tika.wordpress.com/coral/apa-itu-terumbu-karang/
Muller-Parker, G dan C.F. D’Elia. 1997. Interaction Between Corals and Their Symbiotic Algae. In. Life and Death of Coral Reefs. Charles Birkeland (Ed.). Chapman &Hall. New York. Hal..96-113.
Rowan, R. and D. A. Powers. 1991. A Molecular Genetic Classification of Zooxanthellae and the Evolution of Animal-Algal Symbioses. Science, Vol. 251:1348-1351.
Muller-Parker, G dan C.F. D’Elia. 1997. Interaction Between Corals and Their Symbiotic Algae. In. Life and Death of Coral Reefs. Charles Birkeland (Ed.). Chapman &Hall. New York. Hal..96-113.
Rowan, R. and D. A. Powers. 1991. A Molecular Genetic Classification of Zooxanthellae and the Evolution of Animal-Algal Symbioses. Science, Vol. 251:1348-1351.
Read more: Manfaat Terumbu
Karang dan Ancamannya | Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=131%3Amanfaat-terumbu-karang-bagi-kehidupan-&catid=54%3Apengelolaan&Itemid=52&lang=id#ixzz2Eei9OJd6
Read
more: Manfaat Terumbu Karang dan Ancamannya | Yayasan Terumbu
Karang Indonesia (TERANGI) http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=131%3Amanfaat-terumbu-karang-bagi-kehidupan-&catid=54%3Apengelolaan&Itemid=52&lang=id#ixzz2EehiQngJ
Read more: Manfaat Terumbu
Karang dan Ancamannya | Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=131%3Amanfaat-terumbu-karang-bagi-kehidupan-&catid=54%3Apengelolaan&Itemid=52&lang=id#ixzz2Eeh0Bwum